Tari Saman, Mengalami Dilema Meski Sudah Mendunia
Sabtu, 15 Desember 2012 – 07:40 WIB
JAKARTA – Hentakan tangan, jentikan jari diiringi lantunan lagu dalam bahasa Aceh menggema di Plaza Museum Fatahillah, Jakarta Pusat, Jumat (14/12) malam, saat pembukaan Saman Summit 2012 oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendhu Nuryati.
Saman Summit ini sengaja digelar sebagai penghargaan terhadap Tari Saman dari Gayo Lues, Provinsi Aceh, yang sejak tahun 2011 lalu telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia tak benda. Karena itu pemerintah merasa perlu melestarikannya.
Baca Juga:
Di daerah asalnya, Provinsi Aceh, tari yang Saman Gayo yang diciptakan oleh seorang ulama bernama Syeh Saman, hingga kini masih hidup dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Dulunya, Tari Saman menjadi salah satu media syiar Islam di tengah masyarakat Aceh. Seiring perkembangannya, Saman sudah menjadi budaya sehari-hari.
Namun kini, Saman tidak hanya dipelajari di Aceh, tapi juga luar aceh. Saman sudah menjadi iven budaya internasional. Tari saman tanpa menggunakan alat musik, bunyi-bunyian dalam tarian ini dihasilkan dari tepukan tangan, jentikan jari hingga tepukan dada. Yang menjadi cirri khas dari Tari Saman ialah dibawakan serentak oleh penarinya.
JAKARTA – Hentakan tangan, jentikan jari diiringi lantunan lagu dalam bahasa Aceh menggema di Plaza Museum Fatahillah, Jakarta Pusat, Jumat
BERITA TERKAIT
- Peringatan Hardiknas 2024 Syahdu, Nadiem Makarim Titipkan Merdeka Belajar
- Sumbangsih MMSGI Ciptakan Pendidikan yang Inklusif
- Hardiknas 2024: Pertamina Goes To Campus Siap Hadir di 15 Kampus, Catat Waktunya!
- Universitas Terbuka Luncurkan MBKM Expo, Cetak Generasi Unggul & Kompetitif
- Belajar Digitalisasi Kenotariatan, INI German Federal Chamber of Notaries Teken MoU
- UKI Undang Dosen Asal Belanda untuk Perkuat Kolaborasi Global