Taur Matan Ruak, Presiden Ketiga Timor Leste Pascamerdeka

Rela Tanggalkan Pangkat Jenderal Bintang Dua

Taur Matan Ruak, Presiden Ketiga Timor Leste Pascamerdeka
Taur Matan Ruak saat menyapa pendukungnya di Dili, Timor Leste. Foto : Justin Maurits Herman/Jawa Pos
   

Saat konferensi nasional untuk mereorganisasi kembali kekuatan perjuangan kemerdekaan pada Maret 1981 dan pembentukan  CNRR (Conseillu Nacional Rezistensia Revolusionario/Dewan Nasional Perlawanan Revolusi) yang kemudian berganti nama menjadi CNRM (Conseillu Nacional Rezistensia ba Maubere), Taur  dipilih menjabat kolaborator (penghubung) untuk semua kekuatan bersenjata Falintil sekaligus wakil panglima Falintil. Saat itu Xanana Gusmao sebagai panglima Falintil.

   

Nama Taur mulai diperhitungkan sebagai salah satu komandan Falintil setelah penangkapan Xanana Gusmao pada 1992. Namun, Xanana bukannya menyerahkan jabatan kepada Taur. Dia justru menunjuk Konis Santana, orang dekatnya, sebagai panglima Falintil. Saat itulah hubungan Taur dengan Xanana agak renggang.

   

Namun, pada 1998 Konis tertembak mati pasukan TNI. Maka, giliran Taur yang naik menjadi panglima Falintil menggantikan Konis. Dan, pascajajak pendapat 1999, Taur langsung memimpin angkatan bersenjata Timor Leste F-FDTL dengan pangkat brigadir jenderal. Tugas pertamanya mentransformasi seluruh gerilyawan Falintil menjadi pasukan F-FDTL. Dia terus memimpin F-FDTL hingga 6 Oktober 2011. Dia baru berhenti dari jabatan itu setelah memutuskan menjadi calon presiden.

   

Taur menikahi wanita Timor bernama Izabel Ferreira. Dari perempuan aktivis HAM dan  pernah bekerja di Kontras Jakarta itu, Taur dikaruniai dua laki-laki dan seorang perempuan.

Presiden Timor Leste terpilih, Taur Matan Ruak,  tak bisa melupakan jasa rakyat yang berkali-kali menyelamatkan nyawanya dari kejaran pasukan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News