Teguh Iman

Oleh Dahlan Iskan

Teguh Iman
Dahlan Iskan di lapangan golf St Andrews di Skotlandia. Foto: disway.id

Sering John merasa tidak mengerti ucapan Robert --Inggris logat Inggris. Kecampuran logat Singapura. John selalu bicara Inggris logat Amerika.

John sebenarnya mengerti juga, tetapi ia ingin agar saya tidak ketularan Inggris-nya Robert. Saya harus hanya jadi muridnya John.

Google Maps mengarahkan saya ke satu tempat. Saya berhenti di situ. John bertanya: mengapa berhenti di sini. Saya tidak menjawab.

Robert pun bangun. Ia bertanya: apakah kita sudah sampai Columbia? Saya tidak menjawab.

"Hah? Di mana ini?" tanyanya sambil ucek-ucek mata.

"Hahahaha... Ini Augusta! Mengapa saya tidak diberitahu sebelumnya," katanya.

Marah-marah-suka. "Haha... Tidak menyangka saya bisa ke Augusta lagi," katanya.

Saya pun senang. Bisa menyenangkan hati Robert. Matanya langsung berbinar. Cerita golfnya pun tidak berhenti-berhenti di sisa perjalanan.

Saya memang lagi mendorong Robert untuk mau menulis buku tentang golf. Golf itu menarik. Tidak ada lapangan golf yang sama. Beda tempat, beda desain. Beda tantangan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News