Telaga Wan An

Oleh: Dahlan Iskan

Telaga Wan An
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - "Itu hotel?" tanya saya. Jari saya menunjuk satu bangunan besar. Seperti baru. Empat lantai. Di pinggir 'danau' yang teduh, damai dan tenang.

Kanan kiri bangunan itu hutan. Berbukit. Di belakangnya gunung.

Telaga Wan An

Bangunan itu seperti tempat peristirahatan.

Saya memotretnya dari sisi lain "danau". Lihatlah hasilnya. Kurang bagus. Seperti wartawan-foto comberan, apalagi motretnya hanya pakai HP.

Itu pun HP yang sudah terluka di empat pojoknya: luka yang tidak bisa disembuhkan, pun ketika sudah dibawa pergi jauh.

Baca Juga:

Yang saya tanya adalah pimpinan proyek yang lagi saya kunjungi. Ia sudah sejak muda bekerja di situ. Ia hafal perjalanan perubahan di desa pedalaman Tiongkok ini.

Jawab teman itu mengagetkan saya. Itu bukan hotel. Bukan vila.

Kemakmuran rupanya sudah begitu merata. Sudah sampai ke desa yang nun begitu jauh, padahal, provinsi ini, kabupaten ini, termasuk wilayah termiskin di Tiongkok.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News