Telaten dengan Mesin Buatan Belanda

Telaten dengan Mesin Buatan Belanda
MESIN - Pemilik Kopi Aroma, Widyapratama Tanara, saat difoto di pabrik sekaligus toko kopinya, di kawasan Jalan Banceuy, Bandung. Foto: Hendra Eka/Jawa Pos.
Di atas semua itu kekuatan aroma dan kekhasan rasa kopi asli membuat Kopi Aroma banyak dikenal, tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.

Beberapa karyawan di gerai itu mengenakan seragam setelan cokelat tua. "Saya sengaja pilih seragam cokelat karena warna cokelat seperti kopi," ungkap pemilik gerai Kopi Aroma Widyapratama ketika ditemui Jawa Pos di gerainya Sabtu lalu (14/8).

Sebagai pengusaha, pemikiran Widya memang sedikit berbeda dengan pengusaha pada umumnya. Dia tidak mengejar keuntungan semata, melainkan kualitas. Itu bukan klise. Sebab, meski Kopi Aroma sudah menasional, pria berusia 57 tahun itu tidak berniat memugar tempat usahanya atau membuka cabang.

Produk kopinya terkenal akan keharuman dan kualitasnya. Ada dua jenis kopi yang diproduksi: arabika dan robusta. Tidak seperti kopi instan lainnya, Widya sangat mengutamakan kualitas. Begitu dipanen, biji kopi tidak disimpan dalam waktu pendek, melainkan bertahun-tahun. Baru kemudian diolah dan dijual. Kopi jenis robusta disimpan delapan tahun, sedangkan arabica selama lima tahun. "Saya tidak suka semester pendek, yang semua serbainstan. Saya pilih semester enam bulan," kelakarnya, lantas terbahak.

Bisnis kopi digeluti Widyapratama sejak 1971. Dia mewarisi usaha itu dari orang tuanya. Yang menarik, dia sangat telaten merawat mesin di pabrik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News