Tempe Layak Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO, Ini Alasannya

Tempe Layak Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO, Ini Alasannya
Proses pembuatan tempe, makanan asli Indonesia yang didukung menjadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Ketua Persagi Rudatin SSt.MK, SKM, M.Si mengatakan tempe adalah bagian dari warisan budaya Indonesia.

“Kenapa harus makan tempe? Karena salah satunya untuk melestarikan budaya Indonesia. Tempe ini merupakan makanan asli dari Indonesia,” kata Rudatin.

Rudatin membeberkan dari sisi sejarah, serat Sri Tanjung pada abad XII-XIII menuliskan kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tempe.

Kemudian, serat Centhini karya R.Ng. Ronggo Sutrasno pada 1814 menuliskan hidangan brambang jahe santen tempe dan asem sambel lethokan disajikan oleh Pangeran Bayat.

Kuliner ini disajikan untuk menjamu Cebolang saat mampir ke Dusun Tembayat di wilayah Klaten dalam perjalanan dari Candi Prambanan menuju Pajang.

“Selain itu, sejarawan Dr. Ong Hok Ham menuliskan, masyarakat Jawa di era tanam paksa (1830-1870) mengonsumsi tempe yang tidak sengaja mereka temukan,” kata Rudatin.

Encyclopaedia von Nederlandsch pada 1922 menyebutkan tempe disebut sebagai kue yang terbuat dari kedelai melalui proses peragian dan merupakan makanan kerakyatan (volk’s voedsel).

Saat ini, Indonesia telah menjadi negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di dunia.

Bapak Teknologi Pangan Indonesia Pro. FG Winarno menilai sudah saatnya Indonesia memperjuangkan tempe jadi bagian dari warisan budaya tak benda UNESCO.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News