Temu Mencoba Masuk Indonesia, Tapi Bukan Itu yang Dikhawatirkan UMKM
Popularitas raksasa ritel Temu terus bertambah hingga menjadi aplikasi belanja yang paling banyak diunduh di seluruh dunia pada tahun 2024.
Meski demikian, rencana ekspansinya terhambat di beberapa negara Asia Tenggara.
Temu diblokir di Indonesia, yang menjadi pasar 'e-commerce' terbesar dan paling menguntungkan di Asia Tenggara, dengan nilai mencapai $US82 miliar ($128 miliar), menurut data Statista.
Temu adalah situs dan aplikasi belanja yang menjual berbagai macam produk seperti pakaian, barang rumah tangga, dan elektronik dengan harga yang sangat murah.
Diantara strategi pemasarannya adalah tampilan permainan untuk mendapatkan diskon dan iklan besar-besaran di media sosial.
Pemilik Temu adalah perusahaan multinasional Tiongkok PPD Holdings dan didirikan oleh miliarder Colin Huang, yang beroperasi di lebih dari 80 negara termasuk Thailand, Malaysia, dan Filipina.
Pasar terbesar Temu adalah Amerika Serikat, bahkan berani menayangkan iklan di ajang olahraga Super Bowl 2024 yang mengajak orang-orang untuk "berbelanja seperti miliarder."
Namun pada tahun yang sama, rencana Temu untuk memasuki sejumlah pasar baru, termasuk Indonesia, terhenti.
Aplikasi yang satu ini menjadi aplikasi belanja yang paling banyak diunduh di seluruh dunia pada tahun 2024, namun rencana ekspansi Temu menemui hambatan di beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Tumbuh Berkelanjutan, Bank Raya Kembali Bukukan Kinerja Keuangan Positif
- Bea Cukai Dukung UMKM di Bekasi dan Makassar Tembus Pasar Ekspor Lewat Kegiatan Ini
- Resmi Meluncur, Master Bagasi Siap Jembatani Produk Lokal Tembus Pasar Global
- Jurus Bea Cukai Parepare Dorong Laju Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM