Tenang, BI Cukup Amunisi Redam Pelemahan Rupiah

Tenang, BI Cukup Amunisi Redam Pelemahan Rupiah
Ilustrasi rupiah dan dolar. Foto: JPNN

Dia menambahkan, BI melihat perekonomian dalam jangka panjang. Sehingga, pelemahan rupiah yang disebut hanya sementara ini tak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang sesungguhnya. Jika melihat tren USD yang menguat, Dody yakin cadangan devisa bisa meningkat.

Namun, ditanya soal aliran dana asing, dia tak menjawab detail. Hingga akhir Januari, aliran dana asing masih tercatat masuk ke Indonesia sebesar USD 2 miliar.

"Untuk yang Februari, saya belum pegang datanya. Maret akan seperti apa, I don't know," lanjutnya.

Dengan peringkat investment grade yang disematkan oleh lembaga-lembaga rating ke Indonesia, ditambah data inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang positif, Dody yakin tahun ini Indonesia masih akan menjadi tujuan investasi asing, baik investasi asing langsung (foreign direct investment) maupun portofolio. "Tapi memang sudah ada dana yang keluar, dari surat utang dan saham," ungkapnya.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi mengatakan, volume intervensi BI di pasar tak bisa serta merta diukur dari cadangan devisa.

"Misalnya kalau ada penurunan cadangan devisa, berarti BI intervensinya sejumlah selisih dari cadangan yang sekarang dengan yang sebelumnya, enggak begitu," tuturnya.

Sebab, cadangan devisa juga dibentuk oleh variabel-variabel yang lain. Misalnya, pembayaran utang, penerimaan ekspor migas, dan penerimaan lelang surat utang.

Doddy menjelaskan, cadangan devisa pada akhir Januari 2018 cukup untuk membiayai 8,5 bulan impor atau 8,2 bulan impor serta pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Rupiah pada akhir pekan lalu ditutup di harga Rp 13.746 per USD, setelah sempat melemah di area Rp 13.800 per USD.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News