Tenang, BI Cukup Amunisi Redam Pelemahan Rupiah

Tenang, BI Cukup Amunisi Redam Pelemahan Rupiah
Ilustrasi rupiah dan dolar. Foto: JPNN

Cadangan tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional yakni sekitar tiga bulan impor. Cadangan devisa kali ini termasuk yang terbaik, karena merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.

Pada saat Indonesia menghadapi krisis tahun 1998, cadangan devisa kala itu sebesar USD 17,4 miliar. Kemudian pada tahun 2008, cadangan devisa sebesar USD 80,2 miliar.

Cadangan devisa Indonesia saat ini telah melesat 664 persen dibanding pada saat krisis tahun 1998 silam. Juga, lebih tinggi 62 persen dibanding pada saat ekonomi AS mengalami bubble properti tahun 2008.

"Meski ekonomi AS mengalami akselerasi dan suku bunga The Fed diekspektasikan naik tiga kali tahun ini, dari sisi buffer, cadangan kita cukup kuat dan likuiditas masih aman. Kita juga punya potensi pariwisata yang dapat menopang perekonomian," ujar Doddy.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, melemahnya rupiah memang hanya sementara.

Dia menilai pasar lebih dipengaruhi sentimen-sentimen di AS. Sementara dari sisi domestik, perekonomian Indonesia masih cukup baik meski pertumbuhan ekonomi belum mampu melaju kencang.

"Ini hanya sementara, soal USD menguat. Suku bunga di dalam negeri memang sepertinya tidak ada ruang untuk penurunan kembali kalau rupiahnya seperti ini," ungkapnya.

Ekonom Indef Bhima Yudistira mengatakan, cadangan devisa bisa berkurang jika volume intervensi dari pemerintah untuk menaikkan rupiah cukup besar.

Rupiah pada akhir pekan lalu ditutup di harga Rp 13.746 per USD, setelah sempat melemah di area Rp 13.800 per USD.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News