Tentara Bertanya: Mas-Mas Ini Siapa? Lagi Nyamar ya?

Tentara Bertanya: Mas-Mas Ini Siapa? Lagi Nyamar ya?
Kantor Imigrasi Nunukan yang selalu penuh warga Indonesia yang akan ke Malaysia dengan jalur cepat. Foto: M. Salsabyl A/Jawa Pos

Di Pelabuhan Tawau, bau amis yang disertai genangan-genangan lumpur menjadi kesan yang paling diingat. Setelah kami keluar di Jalan Dunlop pun, pemandangan ruko yang menjual berbagai produk berjejer. Saya dan Dwi memutuskan untuk beristirahat sebelum memulai perjalanan dengan melewati jalur tikus.

Pada pukul 13.15 waktu setempat, kami akhirnya memulai perjalanan kembali ke Indonesia melalui jalur tikus. Jalur yang sudah menjadi rahasia umum bagi TKI ilegal itu terkenal dengan istilah Batu. Berbeda jauh dengan bayangan jalur tikus yang serba sulit, dari pelabuhan resmi, rombongan hanya perlu ke arah timur sekitar 500 meter sepanjang Jalan Dunlop.

Batu yang dimaksud adalah pantai batu karang di sepanjang Jalan Pesisiran. Di lokasi itu, memang terlihat beberapa pete-pete yang menunggu di bibir pantai. Sedangkan speedboat sedikit lebih jauh. Waktu itu suasana Batu memang lengang.

Namun, kami tak sulit mencari orang yang ingin mengantar ke Sebatik. Adalah Karman, 31, pria yang menghampiri rombongan dan menawarkan jasa speedboat untuk menuju Pelabuhan Sungai Nyamuk, Sebatik, Indonesia.

”Sekarang memang sedang sepi. Baru satu jam yang lalu ada pemeriksaan gabungan dari imigrasi. Banyak orang yang ditangkap di sini. Tapi, bisa saya antarkan ke Sungai Nyamuk. Punya paspor, kan?” ucap pria asal Bone, Sulawesi Selatan, itu.

Dengan 30 ringgit per orang, Karman meyakinkan bahwa perjalanan kami tak akan diusik oleh aparat di Malaysia ataupun Indonesia. Dia pun menyuruh rombongan untuk menunggu penumpang lain yang ingin ikut. ”Nanti satu jam lagi ketemu di sini. Saya tunggu orang lain,” terangnya.

Satu setengah jam kemudian rombongan akhirnya dipanggil untuk berangkat. Karman menyuruh rombongan untuk duduk dulu di speedboat berwarna biru dengan nomor STW 000296 yang sandar 200 meter dari bibir pantai. Penumpang yang terdiri atas kami, dua perempuan, dua laki-laki, dan satu anak itu diantar oleh anak buah Karman dengan pete-pete. Kami pun diminta untuk duduk di samping kemudi.

Karman baru menyusul sepuluh menit kemudian. Dengan dua anak buah yang berjaga di pucuk speedboat dan dekat mesin motor, Karman langsung tancap gas. Namun, belum dua menit berjalan, kami sudah dibuat lumayan keder. Kapal yang dipikir bakal melakukan perjalanan ke Sungai Nyamuk malah mendekat ke sebuah kapal dengan tulisan Jabatan Laut Malaysia (Departemen Maritim Malaysia).

NUNUKAN merupakan kabupaten yang letaknya di perbatasan.  Daerah yang masuk wilayah Kalimantan Utara itu menjadi pintu keluar masuk favorit

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News