Tentara Bertanya: Mas-Mas Ini Siapa? Lagi Nyamar ya?

Tentara Bertanya: Mas-Mas Ini Siapa? Lagi Nyamar ya?
Kantor Imigrasi Nunukan yang selalu penuh warga Indonesia yang akan ke Malaysia dengan jalur cepat. Foto: M. Salsabyl A/Jawa Pos

”Kalau mau tak antre, bisa bayar 30 ringgit (Rp 100 ribu) per orang. Nanti saya copkan kalian berdua langsung dari belakang,” tutur pria yang sudah merantau selama sembilan tahun tersebut.

Benar saja, tak lebih dari lima menit, pria asal Parepare, Sulawesi Selatan, itu muncul dan mengantarkan rombongan ke kapal Labuan Express V. Di atas kapal tersebut, penumpang sudah meluber hingga buritan. Di lantai dua tempat kami berdiri, banyak penumpang yang harus rela duduk di lantai atau berdiri selama dua jam perjalanan.

Pada pukul 08.30, kapal akhirnya bertolak dari Pelabuhan Tunon Taka. Kapal harus melewati selat yang menghubungkan Kalimantan Utara (Kaltara) dengan Pulau Sebatik yang menjadi bagian Malaysia (bagian utara).

Perlu diketahuai, Pulau Sebatik terbagi dua. Satu bagian dikuasai Malaysia dan satu kawasan lagi milik Indonesia. Setelah itu, kapal harus belok ke timur, menuju Kota Tawau. Dibutuhkan waktu sekitar dua jam perjalanan dengan feri untuk tiba di wilayah Pelabuhan Tawau.

Setelah kapal benar-benar sandar, kami melihat pemandangan unik. Bukan menginjakkan kaki ke dermaga lalu menuju pos imigrasi, sebagian besar penumpang justru mengarah ke pintu samping kapal. Saking banyaknya penumpang, kapal langsung terasa oleng.

”Hei, yang di sana. Jangan foto-foto,” teriak nelayan pete-pete (kapal kayu dengan motor) sambil menunjuk ke arah kami. Teriakan itu merupakan reaksi saat Jawa Pos ingin mengambil gambar. Di samping kapal, banyak penumpang yang turun ke pete-pete yang sudah mengantre. Setelah penuh, penumpang disuruh menunduk, lalu pete-pete langsung memutar.

Menurut informasi, penumpang tersebut diantarkan ke dermaga rakyat untuk para nelayan. Letaknya 100 meter di samping pelabuhan penumpang. Hanya, mereka yang lewat untuk menuju Tawau harus punya kenalan. Sedangkan kami memang harus pergi ke kantor imigrasi.

Di Kantor Imigrasi Tawau, kami perlu mengantre selama satu jam meski antrean tak sepadat di Nunukan. Namun, ketika sudah di depan loket imigrasi, tak ada kesulitan. Petugas imigrasi Tawau sama sekali tidak menanyakan tujuan dan alasan kunjungan kami. Tak sampai satu menit, kami diizinkan untuk keluar dari pelabuhan.

NUNUKAN merupakan kabupaten yang letaknya di perbatasan.  Daerah yang masuk wilayah Kalimantan Utara itu menjadi pintu keluar masuk favorit

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News