Terapkan 9 Jurus, Produksi Jagung di Nganjuk Raup Rp1 Triliun  

Terapkan 9 Jurus, Produksi Jagung di Nganjuk Raup Rp1 Triliun  
Panen jagung. Foto dok Kementan

Kelima sebut Suwandi, melalui hilirisasi, usaha pasca panen dan olahan, untuk meningkatkan nilai tambah. Keenam, kelembagaan petani harus naik kelas, sehingga petani bersatu membentuk koperasi, BUMP, BUMR ataupun korporasi.

"Nantinya kebutuhan input produksi dilayani korporasi, bisa mitra dengan pabrikan bisa melayani pasar, dan juga melayani kredit," terangnya.

Ketujuh, sambung Suwandi, manfaatkan asuransi. Agar ada koordinasi dengan Jasindo untuk memberi asuransi tidak hanya padi tapi juga jagung. Contohnya di Lampung sudah jalan 9 ribu hektar. Kedelapan, agar distribusi diperlancar dari petani ke konsumen,

"Terakhir kesembilan, perbaikan struktur tata niaga. Saatnya petani berubah dari price taker menjadi price maker. Memotong rantai pasok, buka pasar langsung, pasar lelang, start-up dan lainnya. Kelola secara baik melalui kelembagaan tani dan kemitraan," ungkapnya.

Terkait kemarau, Suwandi menegaskan Kementan tidak tinggal diam dan telah melakukan gerakan sehingga tidak ada sejengkal tanah yang tidak ditanami. Bahkan galengan pun baiknya juga ditanami karena air setetes itu sangat bermanfaat.

"Lantas, bagaimana langkah menghadapi kemarau ini? Yakni jika di daerah kena kemarau tidak ditanam tapi ada sumber air, kami siapkan BBM, honor operator traktor dan benihnya. Silahkan cari lahannya," jelasnya.

Kemudian, kata Suwandi, apabila ada potensi air tanah, manfaatkan dengan sumur dangkal atau sumur pantek. Kementan akan biayai pompanya juga.

"Selanjutnya apabila terjadi kekeringan yang tidak bisa diatasi dan puso, bisa klaim asuransi, kalau belum ikut segera daftar ke dinas pertanian untuk mendapat benihnya," tandasnya.

Harga naik atau turun itu bukan penyebab, tetapi sebagai akibat, sehingga petani jangan mempermasalahkan akibat, jangan mengeluh.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News