Termotivasi Kombinasi Sebel, Kesel, Jengkel, tapi Ada Harapan

Termotivasi Kombinasi Sebel, Kesel, Jengkel, tapi Ada Harapan
Prof Dr Emil Salim di kediaman pribadinya di kompleks Taman Patra Kuningan. (Sofyan Hendra/Jawa Pos)
Stamina Emil memang masih cukup fit. Sebelum berbincang di kediaman pribadinya di Kompleks Taman Patra, Kuningan, Jakarta, kemarin (12/2), Jawa Pos mengikuti Emil mengisi sebuah seminar tentang lingkungan di Hotel Bidakara, Jakarta.  Suami Siti Syahzinan itu pagi-pagi kemarin harus datang ke lokasi seminar untuk menjadi pembicara. Padahal, malam hari sebelumnya, dia baru menempuh sembilan jam perjalanan pesawat dari Jepang.

Diskusi itu diselenggarakan oleh Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup (BKLH) Pemprov DKI Jakarta. Dalam diskusi itu, Emil berbicara bak motivator. Tak hanya berdiri di podium, dia berkeliling memandu tanya jawab dari presentasi para pakar lain.

Selain sukses menjaga kesehatan, Emil juga punya motivasi khusus sehingga dirinya tetap fit untuk beraktivitas. "Saya kan tidak lama bisa survive. Tapi, anak cucu saya itu gimana" Maka, paling tidak, selama masih hidup, saya masih bisa memberikan semacam arahan agar cucu anak selamat. Cucu dan anak selamat kalau negara ini selamat. Jadi,  ada kepentingan pribadi dan kepentingan umum," beber kakek kelahiran Lahat, Sumatera Selatan, 8 Juni 1930 itu.

Alasan itu pula yang membuat Emil  menerima ajakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menjadi anggota Wantimpres bidang Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan sampai periode kedua. Ketua Delegasi Indonesia untuk UNFCC (Badan Dunia untuk Perubahan Iklim, 1997) itu juga bersedia beraktivitas di tingkat pemda. Dia kini dipercaya juga sebagai ketua Dewan Pakar di BKLH DKI Jakarta dan aktif berkecimpung menyelesaikan masalah lingkungan di ibu kota.

Di antara para anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Prof Dr Emil Salim adalah yang tertua. Dia seorang teknokrat, ekonom, juga aktivis

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News