Ternyata Saracen itu…

Ternyata Saracen itu…
Ulasan tentang Saracen dalam buku History of the World. Foto: Wenri Wanhar/JPNN

Ketiga pulau itu, sambung naskah itu, selama ini merupakan basis armada Bizantium untuk melakukan serangan ke pesisir Levantine (Libanon dan Palestina), juga ke Bandar-bandar dagang di pesisir Mesir dan Lybia.

“Dengan begitu, armada pihak Islam telah menguasai Laut Aegia sampai ke dekat Selat Hellespont yang merupakan urat nadi kekuasaan Bizantium di Lautan Tengah.”

History of the World menceritakan, pada 655 Masehi sebuah armada besar, gabungan armada Syria dan Mesir yang terdiri dari seribu tujuh ratus kapal tempur (galleys) dan kapal angkut (vessels) berlayar menyusuri pantai selatan Asia Kecil menuju Laut Aegia ke Selat Bosporus, mengepung Konstantinopel.

Panji-panji Islam berkibaran di puncak tiang kapal. Pameran kekuatan laut yang tiada tara.

“Bagi Bangsa Grik, sepanjang pantai Asia Kecil itu, mulai dari Kilikia hingga Lybia, cuma bisa mengingatkan mereka akan kisah tuanya, yang dinyanyikan Homerus di dalam himpunan sajaknya Illiad mengenai perangkatan armada Bangsa Grik menuju Troya,” tulis buku itu.

Armada besar yang disiapkan dalam tempo lebih kurang dua tahun tersebut, dipimpin langsung oleh Ma’awiyah bin Abu Sofyan.  

Joesoef Sou’yb, sejawaran-cum-wartawan serta dosen dan guru besar di beberapa kampus di Sumatera Utara, pada 1987 menulis Kekuasaan Maritim Islam Pada Zaman Tengah.

Dalam naskah itu dia menyebut, Panglima Ma’awiyah bin Abu Sofyan mendapat gelar Amirul Bahri (pangeran lautan) atas keberhasilannya membangun armada laut. “Dalam perkembangannya, diksi Amirul Bahri ini menjadi Admiral,” tulisnya.

Saracen pernah berjaya pada Abad 7. Kekuatan maritim Islam pimpinan Ma'awiyah bin Abu Sofyan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News