Ternyata..Polisi Indonesia Pernah Bikin Abu Sayyaf Terpukul

Ternyata..Polisi Indonesia Pernah Bikin Abu Sayyaf Terpukul
Ilustrasi: dok/JPNN.com

jpnn.com - KELOMPOK Abu Sayyaf ternyata sering punya banyak urusan dengan orang Indonesia. Hubungan tokoh militan Indonesia dengan Abu Sayyaf pun terbilang mesra.

Dulmatin, Umar Patek, Ali Fauzi, dan sejumlah pentolan JI yang tengah kabur akibat dikejar-kejar polisi gara-gara bom Bali I (2002), pernah bertamu dan menetap di salah satu kamp Abu Sayyaf di Jolo, Filipina Selatan. 

Dulmatin dan Umar Patek pernah stay lama di sana. Mereka terus melakukan tadhrib (latihan militer). Pada masa itu, Abu Sayyaf beberapa kali melakukan penculikan dengan hasil besar. 

Sementara itu, kelompok militan Indonesia ”lebih suka” melakukan fa’i (perampokan untuk dana perang, Red). ’’Saat merampok, kami tidak tanggung-tanggung dulu. Bisa bawa dua puluh orang dan bersenjata berat,’’ kata salah seorang ikhwan jihadi yang tidak mau disebutkan namanya, seperti dikutip dari Jawa Pos.

Sebagian hasil rampokan tersebut mampir kepada Dr Azhari dan Noordin Mohd Top. Tapi, merampok lebih berisiko. Baik tertangkap maupun tewas terbunuh. 

Itulah yang kemudian pada 2006 membuat Dulmatin merancang konsep mencari dana. Yakni, dengan berkeliaran di Pulau Banda untuk membajak kapal. Terutama kapal asing agar warganya dapat diculik. ’’Kalau gini-gini aja, nggak maju-maju kita,’’ demikian kata Dulmatin seperti ditirukan ikhwan jihadi tersebut. 

Dulmatin kemudian balik ke Indonesia pada akhir 2007 dan merancang kamp pelatihan di Aceh. Dia ditemani seorang pentolan Abu Sayyaf yang dikenal dengan nama Blackberry. ’’Nama aslinya tidak tahu. Wong namanya juga banyak. Tapi, paling terkenal dengan nama Blackberry saja,’’ katanya.

Setelah Dulmatin tewas ditembak pada 2008, Blackberry tetap memilih berada di Indonesia. Sebelum akhirnya ditembak mati polisi di Tangerang pada 2010. ’’Ini cukup memukul banyak pimpinan Abu Sayyaf,’’ lanjutnya. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News