Tetangga B

Oleh: Dahlan Iskan

Tetangga B
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Selesai.

Marganas kembali ke Siantar.

Keesokan harinya Metro Tapanuli tidak terbit. Kebebasan pers begitu terkekang, pun setelah Orde Baru.

Sampai di Siantar, Marganas rapat: apa yang harus dilakukan. Metro Tapanuli harus tidak terbit. Tetapi koran harus tetap terbit.

Pakai nama lain.

Diputuskanlah nama baru: New Tapanuli. Susunan redaksinya sama. Wartawannya sama. Pimpinannya sama. Agennya sama. Pelanggannya sama. Hanya nama yang beda. New Tapanuli pun terbit dan beredar baik-baik saja.

Marganas memang seorang Kristen. Asal Siantar. Saya menemukannya di Batam. Dia memang merantau ke Batam.

Ketika kami menerbitkan Batam Pos, Marganas kami angkat sebagai tenaga pemasaran. Jualan koran. Dan cari iklan. Kerja keras. Berhasil.

Tidak di Sumut. Di sana demonya ricuh. Kantor koran dibakar, komputer dirusak. Kaca-kaca dipecah. Akibat salah ketik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News