Tetap Ngojek meski Kini Telah Jadi 'Artis'

Tetap Ngojek meski Kini Telah Jadi 'Artis'
SOSOK SEDERHANA: Sani Tawainella dan anak-anak asuhnya di PPLP Maluku. Sosoknya layak diteladani. Foto: Diar Candra/Jawa Pos

Konflik horizontal antara pemeluk Islam dan Kristen pada 1999 awalnya hanya terjadi di Kota Ambon. Namun, seiring dengan waktu, konflik merembet ke daerah lain, termasuk ke Tulehu, kampung halamannya.

Nah, Sani yang tak ingin konflik itu menjadi trauma pada anak-anak lalu mencari akal bagaimana menghindarkan anak-anak dari pertikaian agama tersebut. Mantan pemain timnas junior itu kemudian mengajak anak-anak di sekitar rumahnya bermain sepak bola di Lapangan Matawaru, Tulehu, setiap sore.

”Seusai latihan, beta usahakan mereka tetap senang dan terhibur. Misalnya, beta mainkan gitar, lalu anak-anak menyanyi. Atau menceritakan enaknya hidup di Jakarta dan memotivasi mereka agar suatu saat mereka bisa ke Jakarta,” paparnya.

Sani pun menanamkan sikap disiplin kepada anak-anak didiknya itu. Tak cuma di lapangan bola, tapi juga dalam bersekolah. Kalau ada yang nilainya merosot atau ketahuan bolos, anak pasangan (alm) Idris Tawainella Mote-Sehat Ohorella tersebut akan memarahi mereka seusai latihan.

Selain itu, Sani menanamkan unsur-unsur toleransi beragama. Ketika membangun skuad Maluku U-15 menuju Piala Medco 2006 di Jakarta, Sani memasukkan beberapa pemain beragama Nasrani. Maka, tim itu merupakan gabungan pemain Islam dan Nasrani. Meski berisiko, dia tetap bersikeras mengajari anak-anak bertoleransi.

”Yang beta nilai ketika itu adalah kemampuan anak. Kalau dia memang dibutuhkan dalam tim, pasti beta masukkan. Beta tak melihat dari mana asalnya atau apa agamanya. Semua bermain untuk Maluku to?” tutur dia.

Menurut Sani, memotivasi pesepak bola usia anak-anak remaja bukan melulu soal kalah dan menang. Tapi juga bagaimana membuat anak-anak di lapangan merasa senang bermain bola. Sani tak pernah menuntut anak asuhnya harus menang. Kemenangan datang seiring dengan bagusnya permainan di lapangan.

Berkat kemenangan di Piala Medco delapan tahun silam, memori gesekan antar-umat beragama yang pernah terjadi di Maluku seolah sirna. Sani masih ingat betul bagaimana ribuan orang menyambutnya sepulang dari turnamen kelompok umur usia di bawah 15 tahun itu di Bandara Pattimura, Ambon. Semua mengarak Sani dan timnya yang sukses menjuarai kejuaraan tingkat nasional tersebut.

KISAH sukses Sani Tawainella menginspirasi pembuatan film Cahaya dari Timur: Beta Maluku besutan penyanyi Glenn Fredly.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News