Teuku Chandra Adiwana, Peneliti dan Konsultan Nama-Logo
Kliennya 27 Konglomerat hingga Klub Inter Milan
Rabu, 06 Juni 2012 – 08:08 WIB
Chandra mencontohkan, Malaysia, Brunei Darussalam, serta Singapura. Sebelum berganti nama, Malaysia terkenal dengan sebutan Malaka. Sedangkan Brunei Darussalam sebelumnya hanya bernama Brunei. Sementara Singapura dulu bernama Tumasik.
Karena itu, dia mengusulkan beberapa nama baru untuk Indonesia. Di antaranya, Indonesiaraya (tanpa spasi), Indonesia Raya (dengan spasi), serta Nusantara atau Dwipantara.
Menyatukan dua suku kata (Indonesia dan Raya), kata Chandra, merupakan simbol penyatuan ribuan pulau dalam wilayah Indonesia. Sedangkan usul nama Indonesia Raya (dengan spasi) terilhami oleh judul lagu kebangsaan yang diciptakan W.R. Supratman itu. Sementara nama Nusantara atau Dwipantara merupakan nama wilayah yang pernah dipakai sebagai nama menyeluruh yang diberikan Maha Patih Kerajaan Majapahit Gajah Mada.
"W.R. Supratman sudah memberi kode di lagunya. Indonesia itu tumpah darah, lalu dibangun jiwanya menjadi Indonesia Raya. Kalau belum diganti, tumpah darah terus," kata dia lalu menunjukkan teks asli berbahasa Belanda yang dikutipnya di halaman 40 buku itu.
Jangan sepelekan urusan nama. Salah memilih nama akibatnya bisa fatal. Setidaknya itu kesimpulan Chandra Adiwana yang menggeluti ilmu penamaan selama
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor