Tidak Peduli meski Ditentang Godfather Psikiatri
’’Tentangan tersebut menantang saya untuk membuktikan bahwa apa yang saya lakukan cocok untuk masyarakat Bali dan masyarakat lainnya,’’ tuturnya.
Suryani menegaskan, upacara penglukatan mampu membantu penyembuhan pasien. Dia bahkan menuangkan penelitian terkait dengan hal tersebut dalam disertasinya yang berjudul Psikosis Akut pada Orang Bali yang Beragama Hindu di Bali: Suatu Studi Pendekatan Kliniko-Sosiobudaya (1988).
Dalam penelitiannya, Suryani menemukan pasien yang sudah sembuh dan bisa bersosialisasi dengan masyarakat, tapi masih merasakan otaknya kosong. Setelah melakukan upacara penglukatan, pasien akhirnya mampu melepaskan diri dari perasaan tidak nyaman.
’’Begitu merasakan otaknya berisi, itu berarti otaknya mulai berfungsi. Pasien juga bisa diterima keluarga dan lingkungan sebagai orang normal. Tidak ada lagi stigma bagi pasien dan keluarganya. Dengan metode itu, pasien bisa hidup dan bergaul dengan keluarga dan masyarakat sehingga tidak memerlukan adaptasi baru lagi,’’ bebernya.
Karena itu, Suryani kerap mengedukasi keluarga pasien seputar penanganan pasien gangguan jiwa. Dia menyatakan bahwa gangguan jiwa bisa disembuhkan. Namun, seperti penyakit flu, peluang untuk kambuh pun ada. Karena itu, penanganan bagi pasien gangguan jiwa harus terus berkelanjutan.
’’Jadi, pasien dan keluarganya juga dididik untuk memahami tanda-tanda dini bila kambuh. Pokoknya, kalau pasien mulai susah tidur, terus sering mimpi buruk, itu harus segera dibawa ke klinik saya. Sebab, kalau terlambat, bisa kambuh lagi.’’
Suryani mencontohkan beberapa kasus pasien gangguan jiwa yang mengharuskan dirinya mengulangi dari awal tahap-tahap penyembuhannya. Salah satunya kasus pasien Komang. Dia dipasung hanya karena dianggap mengganggu rumah tangga orang lain. Berkat bantuan Suryani, Komang berhasil sembuh. Tidak sekadar sembuh, dia juga mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sayangnya, saat kambuh, Komang tidak segera mendapat penanganan yang tepat.
’’Akhirnya, dia dipasung lagi oleh keluarganya dan saya harus mulai dari nol lagi untuk menyembuhkannya,’’ ujarnya.
SEBENARNYA Prof Luh Ketut Suryani sudah lama berkiprah dalam upaya mengentas para penderita gangguan jiwa di Bali. Memang, saat itu aksinya belum
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor