Tiga Dimensi Anies

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Tiga Dimensi Anies
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Foto: Ryana Aryadita Umasugi/JPNN.com

Lebih dari itu, Indonesia adalah sebuah gagasan dari sebuah negara bangsa. Sulit membayangkan sebuah negara-bangsa yang lahir tanpa gagasan.

Nasionalisme, yang menjadi ruh negara bangsa, adalah sebuah gagasan. Nasionalisme adalah gagasan yang abstrak, yang hanya bisa kita bayangkan dalam sebuah bayang-bayang imajinasi. 

Bahwa kita semua--masyarakat yang membentang dari Miangas sampai ke Pulau Rote—adalah sebuah bangsa yang punya cita-cita bersama, sebuah cita-cita yang hanya ada dalam imajinasi kita, dalam gagasan-gagasan kita. Itulah yang menyatukan kita menjadi bangsa.

Ben Anderson menyebutnya sebagai ‘’Imagined Community’’, Komunitas Terbayangkan.

Disebut demikian karena para anggota bangsa--dalam komunitas terkecil pun--tidak akan tahu dan kenal sebagian besar anggota yang lain, tidak akan bertatap muka dengan mereka, dan bahkan mungkin tidak pernah mendengar tentang mereka.

Indonesia adalah sebuah gagasan. Ketika pada awal 1920 sekelompok anak muda mahasiswa yang belajar di Rotterdan dan Den Haag yang dipelopori oleh Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi Soerjoningrat memutuskan untuk memakai nama Indonesia sebagai ganti Hindia Belanda, saat itulah sebuah gagasan besar telah lahir.

Lahirlah ‘’Perhimpunan Indonesia’’, sebuah gagasan besar untuk menjadikan wilayah jajahan Hindia Belanda menjadi wilayah merdeka dengan nama Indonesia. Dari Perhimpunan Indonesia kemudian lahirlah Sumpah Pemuda pada 1928.

Sumpah itu mempersatukan anak-anak muda dari wilayah-wilayah yang berserakan menjadi satu entitas yang disatukan oleh bahasa, bangsa, dan tanah air yang satu, Indonesia.

Anies ialah perpaduan antara man of ideas dan man of action, manusia gagasan dan manusia kerja.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News