Tiga Pukulan Telak Penyebab Pertamina Rugi Rp 11 Triliun, Simak Nih
Namun, kalau dilihat dari posisi sales, April menuju Mei sudah ada peningkatan. Pun demikian Mei ke Juni sudah meningkat tujuh persen.
"Terakhir kami closing di Juli itu sudah meningkat lima persen," katanya menambahkan.
Emma melanjutkan, ini terlihat bahwa tren sudah mulai positif kalau dibanding dengan posisi di Juni 2019 yang menurun tajam kurang lebih 26 persen ke April 2020.
"Terlihat Mei, Juni, Juli, itu sudah ada tren peningkatan terhadap sales. Nah, ini barangkali sangat terdampak pada revenue kami," ungkapnya.
Kedua, terkait dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat atau USD.
Emma menjelaskan posisi kurs rupiah pada Desember 2019 adalah Rp 13.900 per 1 USD. Menurutnya, pada Juni 2019 sampai akhir 2020 itu nilai tukar rupiah relatif stabil.
Namun, memasuki Kuartal II 2020 kurs rupiah sangat fluktuatif.
"Kami terdampak sekali karena buku kami dalam US dolar sementara revenue kami dalam rupiah. Kami belanja crude dalam US dolar," katanya.
Pertamina membeberkan penyebab kerugian yang mencapai Rp 11 triliun, di mana Pertamina mengalami triple shocks sehingga pendapatan berkurang.
- Semester I 2024: Pertamina Hulu Energi Catatkan Kinerja Cemerlang
- Lewat PGTC 2024, Pertamina Siap Kolaborasi Hadapi Trilema Energi
- ORI Sarankan Seleksi CASN Ditunda hingga Pilkada Serentak 2024 Selesai, Begini Respons Junimart
- Hardiknas 2024: Pertamina Goes To Campus Siap Hadir di 15 Kampus, Catat Waktunya!
- Komitmen Atas Keterbukaan Informasi, Pertamina Raih 7 Penghargaan SPS Awards 2024
- Gerindra Apresiasi Kinerja Bank Mandiri pada Kuartal Pertama 2024