Tiga Siswa Surabaya Borong Medali pada Event Wizmic di India

Kent Suka Utak-atik Matematika, Belajar Tak Sampai 20 Menit

Tiga Siswa Surabaya Borong Medali pada Event Wizmic di India
OTAK-OTAK ENCER: Dari kiri, Vania, Kent, dan Dinda di Taman Bungkul. (Angger Bondan/Jawa Pos)

Kent digembleng sendiri. Soni adalah lulusan Unibraw dan menguasai matematika. Winda fokus pada sains. Dalam setahun, kemampuan Kent meningkat. Saat kelas V SD, dia meraih medali perunggu dalam International Mathematic Competition (IMC) di Singapura. Itu merupakan kebanggaan luar biasa bagi dirinya. ”Pertama ikut lomba, lolos dan lolos terus sampai tingkat internasional dan meraih perunggu,” ucap bocah kelahiran 31 Desember 2001 tersebut.

Kent pernah mendapat medali perunggu dalam Olimpiade Kompetisi Matematika Nalaria Realistik pada 2013. Pada 2014, pada event yang sama, dia berhasil meraih medali perak.

Kesuksesan mengantarkan anaknya berprestasi pada event nasional hingga internasional semakin mendorong Soni dan Winda untuk mencari bibit unggul lainnya. ”Ketemulah Dinda, teman satu sekolahnya. Juga Vania, pada akhirnya, setelah kami keliling dari satu sekolah ke sekolah lain untuk mencari bibit unggul,” tutur Soni.

Kent mengungkapkan, selain bergengsi, soal-soal dalam event Wizmic sulit. Untungnya, model-model soal itu sering ditemui saat mendapatkan pembinaan dari orang tuanya sendiri. Juga saat menjalani karantina selama seminggu di Bogor menjelang keberangkatan mereka ke India. Di Bogor mereka mendapatkan pembinaan dari Klinik Pendidikan MIPA (KPM) di bawah pengelolaan Ridwan Hasan Saputra, pemegang lisensi untuk mengirimkan siswa-siswi Indonesia mengikutievent Wizmic.

Sebenarnya, kata Kent, boleh dibilang persiapan mereka untuk ikut lomba sangat mepet. Sebulan menjelang lomba, mereka baru tahu ada informasi Wizmic. Tidak sampai dua minggu, mereka dibina sendiri oleh Soni dan Winda. Seminggunya lagi berangkat ke Bogor untuk mendapat pembinaan intensif.

Itu pun, kata Vania, mereka tidak betul-betul serius setiap kali mengikuti pertemuan. ”Guyonan tok. Tapi, kalau sudah serius, ya serius. Kalau nggak guyonan, malah nggak bisa nanti,” ucapnya polos. Kent, Vania, dan Dinda bak tiga serangkai. Ketiganya sering ikut lomba bareng dan kebanyakan juga menang bareng.

Yang paling mengesankan bagi Vania saat mengikuti lomba bukan semata-mata raihan medali. Tapi, dia juga mendapatkan teman dari berbagai kota dan negara. ”Lama kelamaan kami juga hafal yang menang olimpiade anak-anak itu juga,” ujarnya, lantas tertawa cekikan.

Bukan hanya itu, olimpiade juga membawanya keliling kota, negara, bahkan antarbenua. ”Sukanya, bisa jalan-jalan ke mana-mana,” ucapnya ceplas-ceplos. Vania pernah meraih medali perak pada eventKorean International Mathematic Competition pada Agustus 2014. Pada kategori grup, dia juga mendapat perunggu. Saat duduk di kelas V SD, dia pernah meraih medali perunggu dalam event IMC di Singapura. Setahun kemudian, pada event yang sama, dia meraih medali perak. ”Jadi, kesimpulannya, ikut olimpiade itu enak kok. Ya dapat medali, hadiah, juga jalan-jalan. Hehe,” ucapnya.

WAJAH Ignatius Kent Hastu Parahita tersenyum cerah begitu melihat kedua temannya, Vania Rizky J.W. dan Adinda Putri Salsabila, datang ke Taman

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News