Tinggalkan Perusahaan Beken, Kini jadi Bos di Penjara

’’Terkadang ada yang pesan ke saya, tapi saya tidak sanggup mengerjakannya. Jadi, saya serahkan kepada mereka. Biar jadi rezeki mereka,’’ ungkapnya.
Pada awal-awal kegiatan pemberdayaan, Denok cukup sering mengunjungi rutan dan memberikan pelatihan.
Mulai composting, cara pengolahan sampah daur ulang, hingga membuat beragam kreasi kerajinan tangan.
Saking seringnya Denok berkunjung, sipir yang berjaga di pintu masuk sudah hafal dan memberikan jalan khusus untuk Denok.
’’Baru lihat saya saja, sipir itu sudah bilang ’bose teko’ sambil membukakan pintu. Kalau yang lain harus catat nama dan tinggalkan KTP, saya langsung masuk saja,’’ ujar Denok, lalu tertawa.
Namun, sekarang jadwal Denok bisa lebih longgar. Menurut dia, para napi sudah bisa jalan sendiri. Jika ada pesanan, mereka mengerjakannya dengan mandiri.
Tetapi, jika ada produk kerajinan tangan baru, Denok baru turun tangan memberikan pelatihan intensif sampai mereka bisa mengerjakan sendiri.
Denok mengakui bahwa berurusan dengan para napi jauh lebih mudah daripada dengan ibu-ibu di lingkungan rumahnya.
Denok Marty Astuti telah punya posisi di pabrik motor terbesar di tanah air. Namun, dia memutuskan untuk resign demi berfokus mengurus sampah di
- Atasi Darurat Sampah, Waka MPR Lestari Moerdijat Sebut Sejumlah Hal yang Harus Dilakukan
- Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno Siap Fasilitasi Pemda Atasi Masalah Sampah
- Miras Masuk Lapas Bukittinggi, Puluhan Napi Keracunan, 1 Orang Tewas
- Wali Kota Bandung Temukan Pungli Pengelolaan Sampah Pasar Gedebage
- Farhan Sidak, Lalu Sampaikan Solusi Tumpukan Sampah di Pasar Gedebage
- Napi Lapas Selong Tewas di Sungai, Ada Luka Sayatan