Tinggalkan Warisan Race & Care untuk Surabaya

Tinggalkan Warisan Race & Care untuk Surabaya
Martin Brenner. FOTO : dok Shangri-La

Dengan bersepeda itu pula, rasa cintanya kepada Surabaya semakin tinggi. Tak jarang, dia menyisipi kegiatan lain saat gowes. Seperti berbelanja di pasar tradisional hingga mencicipi kuliner di warung-warung pinggir jalan.

”Berinteraksi dengan masyarakat sini sungguh luar biasa menyenangkan. Makanan yang ditawarkan di jalan-jalan pun juga lezat sekali. Saya suka soto ayam, rawon, sop buntut, dan nasi goreng,” katanya.

Saking cintanya kepada Surabaya, pria yang selama 11 tahun karirnya malang melintang di Asia itu, mengaku betah jika harus stay lama bertugas di kota ini. Dengan jenaka, bahkan Martin mengatakan sekarang ingin selalu ngumpet.

”Jadi ketika manajemen melakukan perombakan, saya tidak terlihat. Bisa terus bertugas di sini,” ujarnya sembari menutupkan wajah, tanda orang sedang bersembunyi.

Martin wajar khawatir, sebab, biasanya perusahaan tempatnya bekerja selalu melakukan rolling rutin tiap dua tahun sekali. Lantas, saat ditanya, jika bisa memilih berapa tahun ingin tinggal di Surabaya, pria murah senyum itu mengaku ingin dalam jangka waktu lama. 10 Tahun? ”Wah, sangat luar biasa kalau bisa terwujud,” katanya berharap. Namun meski tidak terwujud, pria yang ikut serta dalam event olahraga yang dihelat Jawa Pos seperti Audax itu sudah berbahagia bisa empat tahun tinggal di kota ini.

Bagi Surabaya yang begitu dicintainya, Martin telah meninggalkan “warisan”. Warisan itu berbentuk sebuah even olahraga bergengsi. Ya, sebagai pribadi yang maniak sport, September lalu Martin menggagas acara bernama Race and Care. Lewat acara yang dibesutnya itu, Martin mengajak publik Surabaya untuk mencintai olahraga sembari beramal.

Konsep yang dia gunakan kala itu adalah melakukan gerakan lari masal sejauh 5 dan 10 km. Masing-masing peserta dipungut biaya, yang kemudian dari uang tersebut disumbangkan ke beberapa yayasan serta dipergunakan untuk membelikan kaki dan tangan palsu kepada penyandang cacat yang tidak mampu.

Setiap tahunnya acara tersebut bisa dibilang sukses. Ribuan orang ikut serta. ”Pasti ada beberapa kekurangan. Namun, saya yakin acara tahunan ini akan mencapai sukses besar suatu saat nanti. Karena misinya cukup mulia, menyehatkan badan sekaligus berbagi,” jelasnya.

Waktu perpisahan itu datang juga. Setelah empat tahun bertugas di Surabaya, Martin Brenner, General Manager Shangri-La Hotel Surabaya harus pindah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News