Tipis Peluang Moeldoko Cawapres Jokowi karena Dekat SBY?
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Said Salahudin mengatakan, latar belakang Moeldoko sebagai Panglima TNI dapat menjadi perisai Joko Widodo, jika dia dipercaya menjadi cawapres pendamping petahana itu di Pilpres 2019.
Paling tidak, menjadi perisai untuk menepis kritik dari sebagian masyarakat, yang selama ini menilai Jokowi tidak memiliki keberpihakan terhadap kedaulatan bangsa. Karena terkesan lebih pro-asing dan 'aseng'.
"Meski Moeldoko punya kelebihan, tapi peluangnya menjadi cawapres Jokowi sepertinya masih mendapat ganjalan dari sejumlah partai koalisi," ujar Said di Jakarta, Selasa (17/7).
Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) ini menilai, pimpinan parpol hingga saat ini masih terus memperjuangkan kadernya maju sebagai pendamping Jokowi.
Sementara sebagian parpol lainnya, kemungkinan mencurigai Moeldoko belum bebas dari kepentingan politik Partai Hanura.
"Jadi, walaupun sudah menyatakan mundur dari posisi Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Hanura, langkah Moeldoko sepertinya dipandang hanya taktik untuk memberi kesan dia tidak lagi partisan, dalam pengertian menjadi anggota parpol tertentu," katanya.
Menurut Said, parpol yang curiga tentu tidak rela jika 'orang Hanura' yang dapat posisi cawapres. Sebab, dalam pemilu serentak, parpol yang mampu mendudukan kadernya sebagai capres atau cawapres, akan memperoleh manfaat elektoral untuk memperbanyak kursi DPR.
BACA JUGA: Bursa Cawapres Jokowi: Kelebihan Kiai Maruf dan Moeldoko
Pengamat politik Said Salahudin menilai, Moeldoko memang layak menjadi cawapres Jokowi di Pilpres 2019 tapi peluangnya tipis.
- KSP Inisiasi Gerakan Anak Muda Jaga Keberlanjutan Legasi Jokowi
- Menpora Dito Luncurkan Forum IFN untuk Menyambut Indonesia Emas 2045
- AHY dan Moeldoko Akhirnya Berjabat Tangan, Ada Peran Jokowi
- Indonesia Tekankan Pentingnya Iptek dan Inovasi untuk Mencapai SDGs 2 Tanpa Kelaparan
- AHY Bersalaman dengan KSP Moeldoko, Kamhar Demokrat Berkomentar Begini
- Gagasan Moeldoko Soal Penguatan Regenerasi Petani di Asia Pasifik Dipuji FAO