Titik Terang Itu Masih Titik Titik

Oleh Dahlan Iskan

Titik Terang Itu Masih Titik Titik
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Bahkan pendukung Nawas kasar sekali: menganggapnya tidak lebih dari keledai. Apa pun, Imran Khan yang kini menang. Dan Liga Muslim kalah.

Tiwas Nawaz Sharif pulang. Dari persembunyiannya di London. Hanya untuk menjalani hukuman.

Ternyata partainya tetap kalah. Padahal perhitungannya matang: dengan kepulangannya itu partainya akan menang.

Lalu adik bungsunya bisa jadi perdana menteri. Lalu Nawaz bisa naik banding. Berharap pengadilan tinggi membebaskannya.

Dengan kemenangan Imran berarti Nawaz harus tetap di penjara. Selama sepuluh tahun. Bersama anak perempuannya, Maryam. Yang sebenarnya mewarisi jiwa politik bapaknya. Ibarat Benazir Bhutto mewarisi jiwa politik: Zulfikar Ali Bhutto.

Memang kemenangan Imran tidak sempurna: hanya 115 kursi. Masih kurang 50 kursi. Untuk bisa membentuk pemerintahan baru.

Sebetulnya pas kalau Imran  berkoalisi dengan Nawaz. Yang partainya memperoleh 64 kursi. Tapi itu mustahil. Imranlah yang membuat Nawaz masuk penjara.

Mungkinkah Imran berkoalisi dengan partainya Bhutto? Yang hanya mendapat kursi 28? Yang berarti harus menambah lagi anggota koalisi? Menjadi koalisi gemuk? Yang akan menyulitkan pemerintahannya nanti?

Rumahnya di London itulah yang diungkap dalam Panama Paper. MA mencopotnya dari jabatan perdana menteri. Dengan alasan: tidak lagi mendapat kepercayaan lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News