Tolak jika Naiknya tak Logis!
Jumat, 24 Februari 2012 – 07:15 WIB
Berapa yang logis? Menurut Marwan, harus dilihat kondisi riil rakyat Indonesia. Ketika rakyat Indonesia mayoritas masih miskin, maka tidak logis jika kenaikkan harga disamakan dengan harga pasar. "Rp500 atau paling tinggi Rp1000. Lebih dari itu, kita tolak, karena harga pokok produksi kita lebih rendah dari harga pasar," sergahnya.
Baca Juga:
Pemerintah, lanjutnya, juga harus memberikan penjelasan yang lebih gamblang mengenai apa saja yang akan dilakukan guna mengimbangi bertambahnya beban ekonomi rakyat akibat kenaikkan BBM ini. "Harus dijelaskan secara konkrit apa saja program pengentasan kemiskinan, terus uangnya (dari pengurangan subsidi) itu untuk apa? Untuk bangun jalan atau untuk apa?. Kalau tidak ada program yang jelas, kenaikkan BBM harus kita tolak," ulasnya.
Marwan mengatakan, berdasarkan pengalaman kenaikan harga BBM pada 2005, yang dari Rp4000 menjadi Rp4500, program pemerintah tidak jelas. "Jumlah orang miskin tetap sama," imbuhnya.
Seperti diberitakan, Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik, Rabu (22/2), telah menyebutkan adanya tiga opsi kenaikkan BBM, yakni Rp500, Rp1000, dan Rp1500.
JAKARTA-Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRES) Marwan Batubara bisa memaklumi kenaikkan harga BBM, asalnya angka kenaikkannya masih
BERITA TERKAIT
- Hasnur Internasional Shipping Raih Penghargaan The Best 6 Investortrust Companies 2024
- Kemenperin Ungkap Penyebab Menumpuknya Kontainer di 2 Pelabuhan Besar Ini
- Mulai Dilepas, Ribuan Kontainer Tertahan Akibat Persetujuan Teknis
- Grab Business Forum 2024: Bahas Solusi Genjot Produktivitas Bisnis
- Sinar Mas Land & Astra Land Indonesia Berkolaborasi Kembangkan Kawasan Residensial Baru
- BRI Peduli Tebar CSR di SDN 01 dan 02 Gunung Geulis Bogor