Tonjolkan Sisi Lain Raden Ajeng Kartini

Tonjolkan Sisi Lain Raden Ajeng Kartini
Dari kiri: Ayushita, Dian Sastro, dan Acha Septriasa dalam salah satu adegan Kartini. Film yang menceritakan perjuangan RA Kartini ini diputar 19 April mendatang. Foto: Legacy pictures via youtube

Semua perjuangan Kartini itu tidak akan terwujud jika dia tidak menjadi bangsawan bergelar Raden Ayu. Awalnya Kartini (Dian Sastro) enggan menjadi Raden Ayu karena harus berpisah dengan sang ibu, Ngasirah (Christine Hakim), yang merupakan rakyat biasa.

Kartini harus mengikuti jejak ayahnya, bupati Jepara RM Adipati Ario Sosroningrat, untuk hidup di lingkungan bangsawan yang sangat membatasi kehidupan perempuan.

Kartini akhirnya memilih menuruti ayahnya. Menurut Kartini, dengan menjadi bangsawan, dirinya bisa bersekolah meski hanya sampai sekolah dasar.

Dia mendapatkan kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan berbahasa Belanda, empat hal yang sulit atau mustahil dipelajari rakyat biasa. Pergumulan Kartini ketika hendak menjadi bangsawan itulah yang jarang ditampilkan dalam literatur maupun buku pelajaran sejarah.

’’Kita tidak tahu bagaimana proses Kartini menjadi Raden Ayu. Padahal, itu awal mula Kartini bisa memperjuangkan emansipasi dan kesejahteraan rakyat,’’ jelas Hanung.

Kesedihan Kartini selama dipingit, pertemuan dengan para feminis Belanda, semangat dia yang ingin belajar di Belanda, hingga kegalauan ketika dilamar bupati Rembang juga tergambar secara apik di film.

Mengangkat sisi lain hidup Kartini, Hanung melakukan riset besar-besaran. Tak tanggung-tanggung, riset itu berjalan selama dua tahun. Hanung pergi ke Jepara untuk menelusuri perjalanan hidup sang pahlawan.

Dia dibantu komunitas Rumah Kartini, yang mengkhususkan diri untuk mengumpulkan dokumentasi dan peninggalan sang pahlawan.

Kartini adalah sosok yang revolusioner. Pemikirannya jauh melampaui zamannya. Jasanya bagi perempuan Indonesia tak sebatas mendorong persamaan hak

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News