Tradisi Perang Api Tanpa Dendam demi Menyambut Nyepi
Namun, Komang menegaskan dua kelompok pemuda yang terlibat perang bobok itu tidak bermusuhan. Padamnya api di bobok merupakan akhir perang.
"Setelah api padam, perang dengan sendirinya akan berakhir juga," tutur Komang.
Setelah acara usai pun kedua kubu tidak menyimpan dendam. Semua pihak menganggap perang bobok sebagai ritual turun-temurun.
"Selesai perang, maka mereka tetap saling merangkul, bisa dilihat seperti tadi itu. Aman-aman saja," kata Komang.
Selain sebagai ritual menyambut Nyepi, perang bobok juga bertujuan menolak balak wabah yang terjadi di dunia.
"Sama kayak corona (Covid-19, red) itu, kan, dan terbukti wabah itu hilang," kata Komang.
Oleh karena itu, perang bobok tidak boleh dilakukan secara sembarangan.
Pemuda yang ingin berpartisipasi dalam perang api itu harus menyiapkan fisik maupun mental.
Dua kelompok pemuda saling menyabetkan daun kelapa kering yang diikat dan dibakar dalam rangka perang bobok. Tidak ada dendam setelah perang api itu usai.
- Perahu Terbalik Dihantam Ombak di Perairan Lombok, Dokter Lalu Wisnu Aditya Wardana Tenggelam
- Soal Kabar Pj Gubernur NTB Hadir di Acara Golkar, Bawaslu Melakukan Ini, Nah!
- Tagih Utang, Pria di Mataram Bersimbah Darah Ditikam Pakai Badik
- Ribuan Honorer Resmi jadi PPPK, Hj Indah: Jangan Sombong ya
- Berita Terkini Soal Kasus Brigadir TO Perkosa Mahasiswi di Mataram
- Brigadir TO Pemerkosa Mahasiswi di Mataram Segera Disidang