Transisi Ekonomi Hijau, Putu Rudana Bicara Keuntungan USD 26 Triliun di 2030

Transisi Ekonomi Hijau, Putu Rudana Bicara Keuntungan USD 26 Triliun di 2030
Wakil Ketua BKSAP DPR RI Putu Supadma Rudana di Forum Parlemen Asia-Pasifik ke-30 (APPF) di Bangkok Thailand. Foto: BKSAP

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua BKSAP DPR RI Putu Supadma Rudana menyebut dunia saat ini sedang menyaksikan efek dari perubahan iklim.

Dia menilai gelombang panas, kebakaran hutan, hingga kekeringan berkepanjangan adalah konsekuensi lain dari perubahan iklim. Kondisi itu juga menjadi salah satu pendorong utama rusak dan hilangnya keanekaragaman hayati, serta membahayakan lingkungan masyarakat.

Demikian disampaikan Putu pada Sidang Utama Tahunan Forum Parlemen Asia-Pasifik ke-30 (APPF) di Bangkok Thailand.

"Untuk tujuan ini, mengubah perilaku ekonomi kita dari ekonomi berbasis eksploitasi menuju ekonomi hijau berkelanjutan bisa menjadi strategi yang patut diperjuangkan," kata Putu Rudana dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (3/11).

Legislator asal Bali itu menilai hal tersebut memberikan strategi penting untuk mengendalikan dampak perubahan iklim serta melindungi keanekaragaman hayati, dan pada saat yang sama membuka peluang bagi pengembangan sosial dan ekonomi.

Dia menyebut organisasi buruh internasional atau International Labour Organization (ILO) memperkirakan pendekatan ekonomi hijau dapat menghasilkan 24 juta lapangan pekerjaan baru di seluruh dunia pada 2030.

"Penelitian terkini menunjukkan bahwa transisi menuju ekonomi hijau dapat menghasilkan keuntungan ekonomi sebesar USD 26 triliun pada 2030, jauh lebih besar jika dibandingkan dengan skenario bisnis seperti biasa," ucapnya.

Oleh karena itu, Putu mendorong anggota parlemen berada di garis depan untuk dalam mengarusutamakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sembari memastikan tidak ada trade-off antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Wakil Ketua BKSAP DPR RI Putu Rudana menyebut transisi ekonomi hijau dapat menghasilkan keuntungan ekonomi USD 26 triliun pada 2030.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News