Trump Panik, Pecat Jaksa Agung demi Lindungi Diri
Nadler digadang-gadang mengetuai Komite Yudisial di DPR. Sejak ditunjuk, Mueller telah mendakwa dan mendapat pengakuan bersalah dari 32 orang dan beberapa perusahaan.
Setali tiga uang, senator Richard Blumenthal melontarkan kritik serupa. Dia menegaskan bahwa Trump telah merusak aturan proses suksesi jaksa agung. "Ini seperti slow motion-nya Saturday Night Massacre yang terjadi di masa Presiden Nixon," ujarnya.
Itu merujuk pada skandal Watergate pada 1970-an yang berujung pada pengunduran diri Nixon. Kala itu Nixon menolak memberikan rekaman pembicaraan di Gedung Putih. Dia malah menyuruh Jaksa Agung Elliot Richardson memecat Archibald Cox, jaksa khusus yang menyelidiki kasus Watergate. Richardson dan wakilnya, William Ruckelshaus, memilih tak mematuhi Nixon dan mengundurkan diri.
Pemecatan Sessions memang menjadi ancaman bagi penyelidikan Pilpres 2016. Terlebih, pengganti politikus 71 tahun itu dikenal sebagai pendukung Trump. Dia adalah Matthew Whitaker.
Sebelumnya dia menjabat kepala staf di Kejaksaan Agung. Whitaker memang hanya menjadi pejabat sementara, tapi keberpihakannya sudah terasa sejak lama.
Dalam artikel yang diterbitkan CNN tahun lalu, Whitaker menyerukan agar pengusutan Mueller dibatasi dan memblokir peninjauan terhadap keuangan keluarga Trump.
Dia juga menulis di USA Today 5 Juli 2016 tentang keinginannya untuk mendakwa Hillary Clinton karena membocorkan dokumen rahasia saat masih menjadi Menlu AS. (sha/c10/ttg)
Efek keberhasilan Partai Demokrat menguasai House of Representatives lewat pemilihan sela membuat Donald Trump panik
Redaktur & Reporter : Adil
- Sebut BI Fast Punya Kelemahan, Deni Daruri Sarankan Belajar dari AS
- China Menilai Amerika Serikat Munafik, Sorot Bantuan untuk Ukraina
- DBL Camp 2024 Hadir di Jakarta, Ratusan Pelajar Berebut 12 Tiket ke Amerika Serikat
- Belanja Militer Dunia Nyaris Tembus Rp 40 Kuadriliun, 3 Negara Ini Paling Boros
- Ngantuk Terkulai
- Kecewa Berat, Palestina Tinjau Ulang Hubungan dengan Amerika Serikat