Tuntaskan Agenda Reformasi yang Tak Tercapai, Para Aktivis Bentuk Yayasan 98 Peduli

Tuntaskan Agenda Reformasi yang Tak Tercapai, Para Aktivis Bentuk Yayasan 98 Peduli
Kegiatan Menggugat Reformasi sekaligus peluncuran Yayasan 98 Peduli di Jakarta Selatan, Minggu (21/5). Dokumen Yayasan 98 Peduli

jpnn.com, JAKARTA - Beberapa tokoh gerakan 1998 mendirikan Yayasan 98 Peduli demi memperjuangkan agenda reformasi yang selama ini dianggap gagal dijalankan pemerintah terpimpin. 

Aktivis '98 Sangap Surbakti mengatakan Yayasan 98 Peduli menjadi wadah gerakan kemanusiaan sekaligus kontrol terhadap kebijakan pemerintah di bidang budaya, demokratisasi, agama, HAM, gender, ekonomi, sosial, dan politik.

Dia pun berharap Yayasan 98 Peduli menjadi solusi atas permasalahan yang belum tuntas setelah reformasi di Indonesia. 

"Melalui Yayasan 98 Peduli, kami mencoba mencari solusi akan persoalan-persoalan ekonomi, sosial, dan hukum sekaligus mencoba mencari simulasi," ujar Sangap dalam acara bertajuk 'Menggugat Reformasi' di Jakarta Selatan, Minggu (21/5).

Alumnus Universitas Kristen Indonesia (UKI) itu mengatakan dasar para aktivis membentuk Yayasan 98 Peduli karena urusan moral dan kemanusiaan. 

"Kemanusian itu panduan dalam bergerak. Mustahil seseorang yang mengatasnamakan agama, politik, tetapi meniadakan nilai-nilai kemanusiaan," kata Sangap. 

Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Budi Arie Setiadi yang turut hadir dalam acara 'Menggugat Reformasi' menyebut demokratisasi di Indonesia belum secara ideal bertumbuh, sehingga perlu banyak pembenahan-pembenahan.

Oleh karena itu, dia mengapresiasi pembentukan Yayasan 98 peduli yang bertujuan membantu kemajuan Indonesia. 

Yayasan 98 Peduli diharapkan menjadi solusi atas permasalahan yang belum tuntas setelah reformasi di Indonesia. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News