Turning Point Kota Solo dari Intoleran Menjadi Toleran

Oleh: Ilham Barizi

Turning Point Kota Solo dari Intoleran Menjadi Toleran
Presiden Mahasiswa Hukum Keluarga 2023 Ilham Barizi. Foto: dok pribadi for JPNN

jpnn.com - Kota Solo, selama bertahun-tahun, memiliki reputasi yang kurang baik sebagai kota yang intoleran, bahkan dianggap sebagai penghasil teroris.

Namun, dengan kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wali Kota Solo, citra negatif tersebut berangsur-angsur berubah. Melalui kebijakan-kebijakan progresifnya, Gibran mampu mengubah Solo menjadi kota yang lebih toleran, membangun fondasi bagi kerukunan antaragama, dan mendapatkan pengakuan dalam Indeks Kota Toleran (IKT) 2022.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi peran Gibran dalam mengubah citra Solo serta dampak positifnya terhadap toleransi dan multikulturalisme di kota ini.

Multikulturalisme, seperti dijelaskan Heru Saputra dan Heru Prastyo (2021) dalam “Multicultural Education and Society Empowerement Based on Pesantren-Majelis Ta’lim”, telah menjadi kebijakan baru dalam merespons perbedaan, di mana semua pihak harus diperlakukan sama dan adil.

Sebelum Gibran Rakabuming Raka menjabat sebagai Wali Kota Solo, citra kota ini sangat dipengaruhi oleh sejarah intoleransi dan keberadaan sejumlah teroris yang berasal dari Solo.

Hal ini memberikan stigma buruk kepada kota yang juga terkenal dengan batik, keraton, dan kebudayaannya yang kaya.

Pandangan negatif terhadap Solo turut merugikan perkembangan kota ini, baik dari segi pariwisata maupun investasi.

Dalam dua tahun kepemimpinannya, Gibran mampu melakukan perubahan yang signifikan terhadap citra Solo. Salah satu pencapaian yang mencolok adalah peningkatan nilai-nilai toleransi beragama.

Pencapaian luar biasa Kota Solo di bawah kepemimpinan Gibran terlihat dalam hasil Indeks Kota Toleran (IKT) 2022

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News