Uduk Babi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Uduk Babi
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Ada argumen yang mengatakan bahwa ungkapan itu baru diperkenalkan pada awal abad ke-19 oleh Kaum Paderi yang berfaham Wahabi.

Kemunculan gerakan Paderi di Sumatera Barat menyebabkan munculnya friksi antara kalangan tradisional yang sinkretis dengan kalangan pembaru yang membawa ajaran pemurnian dari Arab Saudi melalui para haji yang baru kembali ke tanah air.

Perbedaan pendapat antara kalangan pembaru dengan kalangan tradisional terjadi di berbagai tempat di wilayah Hindia Belanda ketika itu.

Penjajah Belanda kemudian menunggangi perbedaan pendapat ini untuk memecah belah kekuatan perlawanan dengan memihak kepada kalangan tradisional. 

Perbedaan pendapat ini menjadi perselisihan terbuka karena campur tangan Belanda. 

Akhirnya pecah perlawanan Perang Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk menyingkirkan Belanda.

Perang melawan penjajah Belanda di berbagai tempat selalu diidentikkan sebagai ‘’perang jihad’’ melawan penjajah Belanda yang kafir. 

Perang Paderi bukan sekadar perang agama tetapi juga perang budaya dan peradaban. 

Ribut-ribut soal rendang babi belum reda. Sekarang muncul lagi menu masakan nasi uduk dengan lauk babi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News