Unjuk Rasa Itu Biasa

Unjuk Rasa Itu Biasa
Rizal Ramli saat berunjukrasa di Jakarta.

Mengapa pemerintah tidak mampu meningkatkan produksi minyak mentah kita?

Karena kita harus beli minyak mentah dari Timur Tengah 300 ribu barel per hari yang sulfurnya rendah. Minyak itu kemudian dicampur dengan minyak Indonesia. Alasan teknis itu mengada-ada. Mengapa kilang minyak kita tidak dimodifikasi agar bisa memproses minyak mentah yang setara dari sana. Memang perlu biaya sedikit. Tapi, ini ini tidak dilakukan. Alasannya, dari setiap impor minyak mentah itu ada Mr X yang menerima USD 2 dolar per barel. Jadi, setiap hari Mr X ini menerima USD 600 ribu dolar atau sekitar 6 miliar. Siapa dia, Anda cari sendiri. Dia bisa bertahan begitu lama sampai sekarang pasti karena menyetor ke pusat-pusat kekuasaan.

Akhirnya pemerintah SBY-JK tetap menaikkan harga BBM. Menurut Anda?

Saya ingat, pada akhir April 1998 saya bersama seorang teman diundang oleh Dr Hubert Neiss, managing director IMF untuk kawasan Asia-Pasifik di Hotel Grand Hyatt. Hubert Neiss mengatakan, IMF akan menyarankan kepada pemerintah Soeharto saat itu untuk menaikkan harga BBM. Dia menanyakan pendapat saya tentang usulnya itu.

Saya katakan kepada Hubert Neiss, sebagai ekonom saya dapat memahami alasan mengapa harga BBM mesti dinaikkan. Tapi, saya katakan timing-nya tidak tepat sama sekali. Tapi, Neiss dengan sombong mengatakan, "Dr Ramli, Anda berlebihan. Setiap pagi saya jogging pakai celana pendek di daerah Kebon Kacang, Tanah Abang. Saya lihat orang Indonesia senyum saja." Dalam hati saya kesal mendengar jawaban Neiss itu. Karena orang Indonesia walaupun dalam keadaan lapar, tidak punya kerjaan, tetap saja senyum kalau melihat bule. (*/iro)

Kepala BIN Syamsir Siregar pernah menyebut ada mantan menteri di balik demo rusuh 24 Juni 2008. Banyak yang menduga bahwa orang yang dimaksud adalah


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News