Untuk Anak Muda, Simak Ulasan Archandra Tahar Mengenai Cara Berbisnis Menghindari Riba

Untuk Anak Muda, Simak Ulasan Archandra Tahar Mengenai Cara Berbisnis Menghindari Riba
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Archandra Tahar dalam talkshow Inspirasi Ramadan yang diselenggarakan BKN PDI Perjuangan, Kamis (28/4). Foto: BKN PDIP

jpnn.com, JAKARTA - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Archandra Tahar menilai berbisnis dan beribadah bisa berjalan beriringan tanpa menimbulkan masalah.

Konsep itu kini dikenal sebagai Social Entrepreneuership. Keuntungan dari bisnis yang halal dapat digunakan untuk membantu orang lain yang membutuhkan.

“Orang berbisnis untuk mencari keuntungan secara normal, tetapi dari keutungan tersebut digunakan untuk memecahkan masalah sosial. Itulah yang dinamakan Social Entrepreneurship,” jelas dia dalam talkshow Inspirasi Ramadan yang diselenggarakan BKN PDI Perjuangan, Kamis (28/4).

Archandra menjelaskan konsep Social Entrepreneurship sudah ada pada masa Khalifah Utsman Bin Affan.

Saat itu, Utsman membeli sumur dari seorang Yahudi. Kemudian, sumur itu boleh diambil airnya secara gratis. Tujuan Khalifah Utsman mengelola sumur untuk membantu kaum duafa, fakir miskin, dan anak yatim.

Sebelumnya, sumur tersebut dikomersialkan oleh orang Yahudi.

Alumnus Texas A&M University Ocean Engineering itu menerangkan hal itu mirip konsep social entrepreneurship campaign. Di mana berbisnis menyelesaikan masalah sosial.

Orang atau konsumen ketika membeli produk yang dijual, terdapat keuntungan yang didonasikan. Dengan begitu, secara tidak langsung morel akan tersentuh. Sebab, konsumen beranggapan bahwa saat membeli produk, mereka juga ikut membantu atau bersedakah kepada orang lain. Konsep bisnis ini mendapatkan profit sekaligus beramal.

Archandra Tahar menceritakan usaha Khalifah Utsman Bin Affan untuk membantu kaum duafa, fakir miskin, dan anak yatim dari komersialisasi sumur kaum Yahudi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News