Vier Abdul Jamal

Oleh: Dahlan Iskan

Vier Abdul Jamal
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Vier masih SD saat Tampomas II itu tenggelam. Di Tarakan. Dulu masuk Kaltim, sekarang Kaltara. Kisah kepahlawanan Kapten Rivai membekas ke dalam hatinya: "Saya mau menjadi kapten kapal!"

Vier tidak takut biar pun yang meninggal di peristiwa itu sampai 431 orang. Salah satu yang terbesar dalam sejarah dunia kecelakaan laut. Tapi berkat kepahlawanan Kapten Rivai lebih 1.000 orang bisa diselamatkan.

Dari Tarakan ayahnya dipindah ke Sorong. Ia pegawai negeri. Sang ayah kelahiran pulau kecil Adonara. Anda sudah tahu di mana letak pulau Adonara: di antara Flores dan Lembata. Sedikit lebih dekat ke Dili daripada ke Kupang.

Nama sang ayah pun khas NTT: Namatuan Paulus Boga Riang Hepat. Dipanggil Paulus.

Ketika bertugas di Kalbar, Paulus kawin dengan wanita Pontianak: Rosmani. Rumahnyi dekat pelabuhan. Dia berdarah campuran Melayu-Bugis-Padang.

Maka di Pontianaklah Vier lahir. Dengan nama asli Veri Riang Hepat. Masuk SD pun masih di Pontianak: SD Bruder Dahlia, di Jalan Gajah Mada.

Pontianak, Tarakan, lalu ini: Sorong. Papua Barat. Vier tumbuh remaja di Sorong. Sampai tamat SMA di Papua. Soronglah, katanya, yang membentuk jiwa hidupnya. Logat bicaranya pun masih seperti orang Sorong. Sampai sekarang.

Saya pun bertanya: Anda ini merasa orang NTT, Pontianak, Tarakan, atau Sorong? "Saya orang Sorong," katanya.

Meski buron interpol, Vier Abdul Jamal tidak mendapat masalah di imigrasi. Inilah buron interpol yang bebas mondar-mandir Singapura-Malaysia.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News