Viky Sianipar Ogah Bagi-bagi Uang

Viky Sianipar Ogah Bagi-bagi Uang
Danau Toba. Foto: Metro Siantar/dok.JPNN

Nah, untuk memantapkan menjadikan musik Batak sebagai bagian yang disuguhkan kepada wisatawan yang datang ke Danau Toba, Viky juga usul agar didirikan sekolah musik.

“Selain untuk menciptakan musisi-musisi Batak yang profesional, para lulusannya nanti yang menghidupkan Danau Toba dengan musik. Saat masih belajar, mereka bisa menjadikan panggung-panggung yang ada di kampung-kampung sebagai ajang praktik atau latihan pentas,” urai pria yang memulai karir bermusik pada 2002 itu.

Apakah mau ikut terlibat dalam pengembangan musik Batak demi Danau Toba? Dengan antusias, musisi yang punya kemampuan memainkan berbagai alat musik tradisional dan modern itu menyatakan mau.

Bahkan, lanjutnya, dia juga siap membuka cabang Kafe Toba Dream yang berpusat di Jakarta, di wilayah sekitar Danau Toba. “Kalau program-program pengembangan Danau Toba memang jalan, ya mungkin saja saya buka cabang di sana,” ujarnya.

Sebagai musisi Batak yang sudah moncer, apakah pernah diundang untuk pentas di sekitar Danau Toba? “Tidak pernah. Karena saya tidak pernah mau bagi-bagi uang,” ucapnya.

Apa maksudnya bagi-bagi uang? Dia cerita, pernah suatu saat mendapat tawaran dari sebuah pemda di Sumut untuk pentas. Tapi, Viky menolak karena si pejabat yang mengurusi kontrak itu minta jatah dari bayaran Viky.

“Mintanya besar, 30 sampai 40 persen dari nilai kontrak. Saya tak mau seperti itu. Makanya, jika nanti sudah ada Badan Otorita, semoga lebih baik, tidak ada lagi yang seperti itu,” ujarnya.

Pemda mana sih? Siapa inisial pejabat itu? “Ah, tak perlulah saya sebutkan,” pungkasnya. (sam/jpnn)

JAKARTA – Kultur masyarakat setempat adalah salah satu unsur penting yang menjadi daya tarik sebuah destinasi wisata. Seni adalah bagian dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News