Wak Ong, Jalan Panjang di Kesunyian

Melawan untuk Kebenaran

Wak Ong, Jalan Panjang di Kesunyian
Wak Ong. Foto: Dok. Hujan Tarigan.

15 Tahun lalu, Wak Ong yang baru saja memulai kehidupan baru, diundang untuk kembali kepada kehidupannya semasa di perantauan. Darah Wak Ong menggelegak. Kesabaran sudah habis. Maka dengan satu dua jurus dia rubuhkan anak muda itu. 

Dengan sebilah pisau pemotong ayam, Wak Ong melampiaskan kemarahan. Sang preman pun lari lintang pukang sambil menahan perih di pahanya karena sabetan pisau Wak Ong.

"Preman baru, dia tak kenal saya," desis Wak Ong.

Besoknya, sekumpulan anak muda mendatangi Wak Ong yang tengah memotong ayam. Dengan bringas mereka mengejar dan menghajar Wak Ong. Mereka sukses membalaskan dendam. Sementara wak Ong, sejak itu, kesehatan telinganya kian memburuk. 

"Telinga ini tak lagi bisa mendengar karena perbuatan sekelompok anak muda yang kehilangan kesadaran," kata Wak Ong.

15 tahun silam, adalah adalah awal jalan kesunyian bagi Wak Ong. Pasalnya, sejak pengeroyokan itu, Wak Ong benar-benar tak bisa mendengar. 

15 tahun silam, adalah awal jalan kesunyian bagi Wak Ong. Karena sejak itu, dia memusuhi obat-obatan terlarang yang telah membuat anak-anak muda yang mengeroyoknya menjadi kesetanan.

15 Tahun silam, di dalam keheningan yang dialaminya, Wak Ong memulai pergerakannya, yakni memusuhi narkoba. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News