Warga Terpaksa Ambil Air di Gorong - Gorong

Warga Terpaksa Ambil Air di Gorong - Gorong
PDAM. Foto: JPG

Dia menambahkan, enam bulan terakhir air PDAM di tempatnya sering bermasalah. Misalnya, air keruh.

Selain itu, air mengalir saat malam saja, sedangkan kalau siang sering mampet. Keluarnya pun tidak seberapa.

Sementara itu, keluhan lain disampaikan Eva Lestari. Perempuan 39 tahun tersebut mengungkapkan bahwa kualitas air PDAM tidak sebanding dengan tarif yang harus dibayar.

Sebab, biaya air yang dia bayar naik, dari sebelumnya Rp 70 ribu menjadi Rp 110 ribu per bulan. ''Lha di sini airnya sering mampet dan keruh,'' ujarnya.

Di lain pihak, Dirut PDAM Mujiaman Sukirno menampik pernyataan bahwa krisis air di Surabaya meluas.

Sebab, hal tersebut bertentangan dengan grafik penjualan air PDAM yang meningkat dari tahun ke tahun. "Produksi tiap bulan meningkat, pemakaian meningkat, hasil penjualan air juga meningkat," kata direktur yang dilantik pada 16 Juni 2017 tersebut.

Namun, faktanya, banyak pelanggan yang melapor ke PDAM bahwa aliran air di tempat mereka mati. Bahkan, hal itu berlangsung berbulan-bulan.

Ada juga warga yang terpaksa memandikan jenazah dengan memakai air galon di Bandarejo. Warga juga mengeluhkan kualitas air yang menurun. Bahkan, air tersebut membuat badan gatal-gatal apabila digunakan untuk mandi.

Puluhan warga Sememi Jaya Gang IX Surabaya mengalami krisis air bersih dan terpaksa mengambil dari gorong-gorong.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News