Warga Tionghoa Sering Terlepas dari Keluarganya Ketika Memeluk Islam

Ia pernah membuat geger publik karena mengunjungi keluarga napi Bom Bali, Amrozi dan Imam Samudera, sebelum keduanya dieksekusi tahun 2008.

Anton juga mendeklarasikan diri sebagai penasehat bagi Front Pembela Islam (FPI) serta menjadi ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).
Kisah Syafi'i Antonio dan Anton Medan mewakili keberagaman identitas Muslim Tionghoa yang ditampilkan Wai Weng dalam bukunya.
Penulis dan peneliti Tionghoa asal Malaysia itu menyampaikan bahwa tidak ada satu cara tunggal dalam berislam yang dipraktekkan Muslim Tionghoa Indonesia. Bahkan dalam urusan mengelola masjid.
"Setiap masjid Tionghoa punya cerita yang sangat berbeda. Ada yang dipegang orang Tionghoa, ada yang dipegang orang NU, ada Muhammadiyah. PKS juga ada. Jadi beragam," ujar Wai Weng dalam diskusi "Berislam ala Tionghoa" di Jakarta, pekan lalu, yang membedah karyanya itu.
Di era pasca reformasi, Muslim Tionghoa juga banyak yang terjun ke politik dengan bergabung ke partai.
"Di Jatim (Jawa Timur) PKB, di Jogja PAN, di Jakarta PKS. Mereka ikut politik," kata Wai Weng.
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya