Waspadai Bisnis Nikotin Sintesis di Balik Kampanye Kenaikan Harga Rokok

Waspadai Bisnis Nikotin Sintesis di Balik Kampanye Kenaikan Harga Rokok
Waspadai Bisnis Sintesis Nikotin di Balik Kampanye Antitembakau. Foto JPNN.com

Menurut dia, kalau memang lembaga donor semacam Bloomberg Initiative mau membantu sektor kesehatan, semestinya yang dikedepankan itu promo fasilitas kesehatan publik dan sanitasi bukan kemudian habis-habisan memkampampanyekan sisi negatif tembakau. 

"Di setiap negara yang kampanye anti tembakau berhasil, maka penjualan produk nikotin replacement itu selalu tinggi," tandasnya.
 
Ia mewanti-wanti, dalam regulasi FCTC ada poin berbahaya lain yakni keharusan pemerintah untuk menggunakan produk nikotin sintesis untuk terapi terapi. Ujungnya, negara mendapat beban tambahan impor. Padahal, dana itu dari APBN bersumber dari pajak. 

Jika sampai lolos, maka sama saja perang dagang ini didukung lembaga internasional, dilakukan lembaga internasional, dan dibayai negara. "Kalau pabrik produk NRT itu di sini, mungkin masih menyerap tenaga kerja, ini kan jika FCTC diratifikasi berlaku dipaksa impor, negara pemerintah berubah menjadi importir," tandasnya.
 
Gabriel juga mewanti-wanti, niatan pemerintah untuk mengkampanyekan dampak negatif tembakau di sekolah-sekolah sebagai bagian dari strategi untuk menjaring konsumen nikotin replacement dalam jangka panjang.

"Target market NRT ini memang generasi guna muda. Generasi akan datang karena itu proses marketing dilakukan dari sekarang," tegasnya. 

Sementara dorongan kelompok anti tembakau supaya harga rokok mencapai Rp50-RP100 ribu patut dicurigai agar harga rokok memang bisa mendekati produk NRT yang saat ini beredar di pasar di kisaran harga Rp58 ribu sehingga produk itu bisa kompetitif dengan harga rokok.  

Dalam Pasal 6 FCTC, terang Gabriel, ditetapkan menaikan harga dan cukai pasti berdampak terhadap kurangnya permintaan tembakau hingga harga rokok jadi mahal dan orang tidak lagi mudah membeli rokok. Keadaan ini memaksa orang berhenti merokok. Dengan berhenti merokok, orang akan merasa menjadi sehat.
 
Asumsi tersebut di atas ternyata diragukan kemurnian tujuannya oleh Gabriel. Kata dia, kepentingan utama tetap memenangkan persaingan harga antara produk-produk tembakau dengan produk-produk obat-obat pengganti nikotin dari korporasi-korporasi farmasi internasional yang sama-sama jualan nikotin.  

"Ini praktek tirani kesehatan publik, orang kritis dihajar habis habisan," tegasnya. 

Bahkan menurut llaporan World Smoking-Cessation Drug Market 2010-2025, ada prediksi 15 tahun ke depan pertumbuhan menyeluruh dari pemasaran produk-produk NRT ini akan meningkat yang dikontribusi oleh kelompok negara Brazil, Rusia, India, Cina, dan Indonesia.  

JPNN.com JAKARTA - Pengamat hukum Gabriel Mahal mengatakan, ada agenda global dan pertarungan besar di balik kampanye menaikkan harga rokok di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News