Wisata Aman Borobudur di Era Adaptasi Kebiasaan Baru

Wisata Aman Borobudur di Era Adaptasi Kebiasaan Baru
Webinar yang diselenggarakan Direktorat Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). Foto: Humas Kemenkominfo

Kedua, protokol new normal di sektor pariwisata harus menjawab isu utama yakni keselamatan dan kesehatan. Ketiga, standar baru yang akan menjadi sebuah kultur baru, kebiasaan baru di sektor pariwisata.

Keempat, strategi khusus terutama dengan dilaksanakannya vaksinasi demi mencapai herd immunity di Indonesia.

“Yang terpenting adalah mengembalikan kembali hasrat penduduk untuk mengunjungi tempat wisata dengan rasa aman dan nyaman yang diperoleh dari vaksinasi dan protokol kesehatan yang baik dan tepat,” tutur Septriana.

Menurut Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Borobudur Agus Rochiyardi, faktor dasar daya saing pariwisata, sustainable tourism, produk dan jasa yang unik, serta high value experience bagi wisatawan merupakan cara meningkatkan kualitas pariwisata.

Agus mengatakan pandemi Covid-19 ini mengubah tren pariwisata di dunia, sehingga terjadi sebuah pergeseran serta adanya perubahan perilaku melalui era revolusi digital.

“Wisatawan kini lebih memilih domestic micro tourism yang jaraknya pendek, waktunya pendek, staycation,” ujar Agus.

Sementara, Wakil Ketua ASITA DIY Bidang Pemasaran dan Komunikasi Fachri Herkusuma menyampaikan hal-hal yang telah dilakukan oleh ASITA DIY, yaitu mengedepankan promosi wisata mengenai protokol kesehatan dan penerapan CHSE.

Kemudian, promosi destinasi wisata zona hijau, atau produk UMKM untuk daerah zona merah, dan penjualan paket wisata terjangkau.

Borobudur merupakan satu dari lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas yang terus berbenah melakukan penataan dan pengembangan potensi pariwisata di tengah pandemi Covid-19.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News