WNI Keturunan Tionghoa Rayakan Imlek Secara Sederhana di Australia

WNI Keturunan Tionghoa Rayakan Imlek Secara Sederhana di Australia
Sembahyang menjelang Tahun Baru Imlek digelar di wihara Providence Maitreya Buddha Missionary Institutes di kawasan Surrey Hills. (ABC News: Erwin Renaldi)

"Setelah tidak lagi mendapat angpau, family gathering adalah satu hal yang saya tunggu-tunggu saat Imlek," kata pria kelahiran 1988 tersebut.

Tradisi yang diajarkan orang tua Herman masih ia lakukan, seperti memakai baju baru, memberi angpao kepada anak-anak yang belum menikah, dan membersihkan rumah sebelum hari Imlek.

"Baju baru yang dipakai biasanya yang berwarna cerah, bukan gelap, menandakan harapan akan tahun baru yang cerah," Herman menjelaskan.

Selain itu, ada juga tradisi menyalakan semua lampu di rumah selama seharian saat Imlek.

WNI Keturunan Tionghoa Rayakan Imlek Secara Sederhana di Australia Photo: Hidangan Imlek yang disiapkan keluarga Herman Rusdi saat Tahun Baru Babi yang lalu. (Koleksi pribadi)

 

Terlepas dari tradisi dan cara merayakan yang berbeda-beda, mereka mengaku hal yang penting dan mendalam dalam perayaan Imlek adalah kebersamaan dengan kerabat dan keluarga.

"Bagi saya merayakan Imlek berarti berkumpul bersama keluarga. Saya tiga bersaudara dan tinggal di kota yang berbeda-beda. Senang sekali rasanya bisa berkumpul lengkap, setidaknya satu tahun sekali," kata Herman.

Bukan hanya kekeluargaan dan kebersamaan, refleksi diri sebelum menyambut tahun yang baru juga menjadi hal yang dimaknai Trinita dan Helvi.

Tahun Baru Imlek bukanlah hari libur nasional di Australia Tapi warga keturunan Tionghoa, termasuk asal Indonesia, tetap merayakannya meski jauh dari keluarga besar.

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News