Wujudkan Bebas Sampah di Gunung, Sungai Hingga Laut

Wujudkan Bebas Sampah di Gunung, Sungai Hingga Laut
Menteri LHK Siti Nurbaya saat menghadiri peluncuran Ekoriparian Ciliwung Srengseng Sawah. Foto: Humas KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus melakukan inovasi pengelolaan sampah di Indonesia. Dari data Worldwatch.org (2013), 14 persen dari total sampah merupakan sampah plastik yang sulit terurai. Sekitar 57 persen sampah plastik juga mengotori pantai.

KLHK menyadari pentingnya pengelolaan sampah yang baik, karena sampah plastik akan menimbulkan pencemaran yang sangat berbahaya bagi kelangsungan mahluk hidup. Untuk itu diperlukan berbagai upaya menyeluruh penanganan sampah dari hulu sampai hilir.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan, menyatakan bahwa Pemerintah Pusat akan meningkatkan penanganan sampah di darat, kampanye peningkatan kesadaran terhadap bahaya sampah plastik, pengurangan polusi sampah yang telah ada di laut, serta penguatan mekanisme kelembagaan dan pendanaan.

''Pengurangan penggunaan nondegradable plastik adalah salah satu prioritas utama,'' katanya.

Menteri LHK Siti Nurbaya menegaskan, pengelolaan sampah di sumbernya menjadi sangat penting untuk mengurangi beban pengelolaan di hilir. Caranya melalui eforia revolusi mental pengelolaan sampah dengan merubah perilaku.

''Kita harus mengambil tanggung jawab menjaga kebersihan mulai dari diri sendiri. Menerapkan prinsip mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah (Prinsip 3R: reduce, reuse dan recycle) di tempat masing-masing,'' ajak Menteri Siti.

Saat ini terdapat 245 kolaborator yang berperan aktif dalam melakukan kampanye dan inisiatif terkait isu pengelolaan sampah. Selain itu, terdata sebanyak 4.280 bank sampah yang tersebar di 30 provinsi.

“Peran serta masyarakat melalui komunitas lingkungan akan membuat efektif dalam menyerukan pengelolaan sampah dimulai dari hulu,'' kata Menteri Siti.

KLHK menyadari pentingnya pengelolaan sampah yang baik, karena sampah plastik akan menimbulkan pencemaran yang sangat berbahaya bagi kelangsungan mahluk hidup.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News