Yaman dan Libya Bakal Menyusul, Saudi Bisa Terakhir

Yaman dan Libya Bakal Menyusul, Saudi Bisa Terakhir
Yaman dan Libya Bakal Menyusul, Saudi Bisa Terakhir
SEOLAH membawa efek domino, revolusi sipil yang kali pertama terjadi di Tunisia kini menjalar ke seluruh Jazirah Arab dan Afrika Utara. Tetapi, sejauh ini baru kediktatoran Zine El Abidine Ben Ali di Tunisia dan kepemimpinan Hosni Mubarak di Mesir yang terguling. Pertanyaannya, di antara banyak negara yang bergolak di dunia Arab, mana yang akan menyusul dalam waktu dekat?

Yang jelas, tumbangnya Ben Ali pada 14 Januari lalu membuat masyarakat di Palestina, Jordania, Turki, Yaman, Bahrain, Aljazair, Lebanon, Syria, dan Iran ikut bersorak. Begitu juga saat revolusi sipil dari Lapangan Tahrir, Kairo, berhasil mendongkel Hosni Mubarak dari kursi presiden Mesir pada 11 Februari lalu.

Revolusi senada pun pecah di negara-negara sekitarnya. Di Bahrain, Kuwait, dan Jordania terjadi revolusi yang singkat. Hanya Arab Saudi yang sejauh ini masih aman. Meski sempat muncul riak-riak perlawanan di level akar rumput, pemerintahan Raja Abdullah bin Abdul Aziz sukses mempertahankan legitimasinya di Saudi.

Pengamat politik Soumaya Ghannoushi menilai, bentuk monarki Saudi sangat menguntungkan Raja Abdullah dan pemerintahannya. "Revolusi hanya menjadi problem serius negara-negara republik. Jadi, negara monarkhi seperti Saudi tak perlu cemas," ujar periset sejarah pada School of Oriental and African Studies tersebut dalam wawancara dengan koran The Guardian awal pekan lalu.

SEOLAH membawa efek domino, revolusi sipil yang kali pertama terjadi di Tunisia kini menjalar ke seluruh Jazirah Arab dan Afrika Utara. Tetapi, sejauh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News