Yuk Berkunjung ke Kampung Bangsawan Kesultanan Islam Pertama di Jawa

Yuk Berkunjung ke Kampung Bangsawan Kesultanan Islam Pertama di Jawa
FOTO: JAWA POS GROUP

jpnn.com - Masa kejayaan Kesultanan Demak selalu identik dengan Masjid Agung Demak (MAD). Memang, di sekitar masjid masih mudah ditemui tetenger yang mengingatkan akan kebesaran kerajaan Islam pertama di Jawa itu. 

---

KEHIDUPAN di jalan Kauman II, Bintoro, Demak, pagi itu begitu normal. Semua berlangsung tanpa cela. Bahkan dimeriahkan lantunan ayat suci Alquran yang dilantunkan seorang perempuan terdengar nyaring diantar pengeras suara dari kejauhan. 

Suara itu ternyata bersumber dari salah satu tempat yang masih berada di Jalan Kauman II. Bangunan sederhana yang berada di halaman Makam Sentong Ratu. Di dalam ruangan bercat putih berukuran 5 x 8 meter tersebut, tampak empat perempuan khidmat membaca Alquran. 

Makam Sentong Ratu salah satu tempat sakral di Jalan Kauman II, Bintoro. Di dalamnya terkubur jasad perempuan hebat yang memiliki andil besar terhadap laju sejarah Kabupaten Demak. 

Dia adalah Ratu Ayu Kasmoyo atau Mbah Ratu. Perempuan yang juga dikenal dengan sebutan Nyai Lembah tersebut merupakan adik satu ayah beda ibu dari Raden Patah, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Demak. 

Nyai Lembah-lah orang pertama yang ditemui dan dimintai petuah oleh Raden Patah sebelum merintis daerah yang di kemudian hari menjadi Kerajaan Demak. 

Awalnya Demak merupakan kadipaten di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Sebelum berstatus kadipaten, wilayah itu dikenal dengan sebutan Glagah Wangi. Nah, di Glagah Wangi itulah terdapat tokoh perempuan yang bernama Nyai Lembah atau Siti Aminah. Atas saran Nyai Lembah, Raden Patah bermukim di Desa Glagah Wangi yang selanjutnya berganti nama menjadi Bintoro Demak. 

Masa kejayaan Kesultanan Demak selalu identik dengan Masjid Agung Demak (MAD). Memang, di sekitar masjid masih mudah ditemui tetenger yang mengingatkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News