Zaytun Ibrani

Oleh: Dahlan Iskan

Zaytun Ibrani
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Lalu saya juga menyapa tamu itu dalam bahasa Mandarin. Ternyata ia dari Shanghai. Di Al Zaytun hanya akan 1,5 bulan. Ia tenaga ahli instalasi air minum kemasan. Al Zaytun lagi memperbarui mesin pabrik air minumnya.

Saya pun "menguji" Syekh lewat beberapa pertanyaan dalam bahasa Mandarin. Semua bisa dijawab dalam Mandarin.

Syekh tidak mau menjawab pertanyaan soal tuduhan Al Zaytun terafiliasi dengan ideologi Negara Islam Indonesia (NIl).

Ia sudah bosan dengan pertanyaan itu. Yang setiap menjelang tahun ajaran baru selalu muncul.

"Biar dijawab Robin saja," kelakarnya.

Hanya soal itu yang ia tidak mau menjawab. Soal wanita ikut salat di barisan depan ia tampilkan perspektif sejarah.

"Di zaman jahiliyah laki-laki diutamakan. Laki-lakilah yang diperlukan dalam perang.

Di zaman Firaun laki-laki dibasmi. Perempuan dianggap mudah diatur.

KAMI tiba di kompleks Pesantren Al Zaytun sudah sangat gelap. Tetapi penjaga gerbang langsung tahu siapa yang datang. Mobil Syekh Panji Gumilang...

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News