Zaytun Salmon

Oleh: Dahlan Iskan

Zaytun Salmon
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Begitu selesai salat Jumat, Syekh Panji meninggalkan masjid di Pesantren Al Zaytun. Ia bergegas menuju galangan kapal ini: 1 jam perjalanan.

Baca Juga:

Hari-hari lain ia tetap ke situ tetapi jamnya tergantung keadaan.

Itulah untuk kali pertama saya bertemu Syekh Panji Gumilang. Sang pendiri Al Zaytun.

Biarpun di galangan kapal, kiai lulusan pondok Gontor, Ponorogo, ini tetap pakai jas dan dasi. Sepatunya kets. Usianya 76 tahun –-tetapi geraknya masih gesit.

Bangunan galangan kapal ini konstruksi baja. Baru. Bukan mengambil alih bangunan lama.

Di dalam gedung galangan ini berjajar dua kapal baru: sudah nyaris selesai dibangun. Tinggal meluncurkannya ke laut.

Namun, plengsengan di bibir laut itu belum selesai dibuat. "Hampir setahun ini tidak ada air surut. Untuk mengecornya harus tunggu air surut," tambahnya.

Di situ tidak terlihat ada rel peluncur kapal ke arah laut. Galangan ini memilih teknologi peluncuran yang baru: airbag berbentuk seperti guling.

Syekh Panji memang sangat memperhatikan kualitas makanan santri Al Zaytun yang di atas 5.000 orang itu. Di pesantren itu selalu ada sajian ikan salmon dan tuna.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News