Program Pusat Batik Nusantara Manjakan Pebisnis

Program Pusat Batik Nusantara Manjakan Pebisnis
Ilustrasi batik. Foto; Malut Post/JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Meraih kesuksesan menjadi harapan bagi seseorang yang mengadu nasib di Jakarta.

Misalnya, Saiful CH, warga Desa Tanjungbumi, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.

Pria 38 tahun itu mengadu nasib hanya berbekal kain batik tulis asli Madura milik ibunya pada 2009.

Kala itu, dirinya mencoba peruntungan dengan berdagang batik tulis asli Madura. Dengan bermodal menyewa ruko di Trade Mall Thamrin City, Jakarta Pusat, ayah dua anak ini nekat meninggalkan tanah kelahirannya.

"Saya terprovokasi setelah melihat buku orang Jepang tentang seni batik Indonesia. Kok, orang Jepang lebih tahu batik daripada saya, yang turun-temurun kakek nenek saya semuanya pembatik. Saya kemudian keluar dari kerja di tambang, karena kemudian pengin berdagang batik," kata Saiful.

Pria yang akrab disapa Saiful Botak ini memiliki cara tersendiri untuk mengadu nasib di ibu kota.

Saat itu, batik Madura yang belum dikenal di kalangan masyarakat Jakarta dibagikan olehnya secara cuma-cuma.

Hal tersebut dilakukannya untuk mengenalkan batik asli dari tanah kelahirannya.

Meraih kesuksesan menjadi harapan bagi seseorang yang mengadu nasib di Jakarta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News